Rabu, 01 November 2017

PROSES LAKTASI, ASI EKSKLUSIF dan CARA MENYUSUI YANG BENAR

PROSES LAKTASI, ASI EKSKLUSIF DAN
CARA MENYUSUI YANG BENAR
D
I
S
U
S
U
N

OLEH:
NAMA                   :SAHYUNI SARI MARBUN
NIM                        :1601031036


S1 KESMAS.png



PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN UMUM
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
2017







KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang masalah  gizi yang ada di Indonesia.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

 Medan, 12 Oktober 2017
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1  Latar Belakang................................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah.............................................................................. 2
1.3  Tujuan Penulisan................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 3
2.1  Proses Laktasi.................................................................................... 3
2.2  ASI Eksklusif..................................................................................... 13
2.3  Cara Menyusui yang Benar................................................................ 15
BAB III PENUTUP..................................................................................... 19
3.1  Kesimpulan........................................................................................ 19
3.2  Saran.................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. ... 21




















BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia.Masa laktasi mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI eklusif dan meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh secara alami.
Prinsip pemberian ASI harus sedini mungkin dan Eksklusif. Bayi baru lahir harus mendapat ASI dalam jangka waktu satu jam setelah lahir. Seorang ibu dikodratkan untuk dapat memberikan air  susunya kepada bayi yang telah dilahirkannya, dimana kodrat ini merupakan suatu tugas yang mulia bagi Ibu itu sendiri demi keselamatan bayi dikemudian hari. Tetapi pada suatu proses kelahiran, terutama bagi yang baru pertama kali melahirkan, kadang air susu Ibu tidak atau susah untuk keluar sehingga bayi tersebut sementara diberikan susu botol yang akan mengakibatkan bayi terbiasa menghisap dot, sehingga dapat mengalami bingung puting saat mulai meneteki. Reflleks pertama seorang bayi yang normal adalah mencari putting susu ibu berupa hisapan mulut bayi merupakan hal yang penting dalam proses produksi ASI.
Sejak abad ke-19 para pakar telah sepakat bahwa ASI lebih unggul daripada susu sapi atau bahan pengganti lainnya.Sayangnya perilaku menyusui bayi sendiri dianggap sebagian orang suatu tingkah laku tradisional, sehingga sedikit demi sedikit ditinggalkan. Hal tersebut dipengaruhi oleh kemajuan di negara-negara industri yang memperkenalkan susu buatan untuk bayi yang mempunyai manfaat sama dengan ASI, pemakaiannya lebih praktis, dengan promosi pemasaran yang gencar.
Oleh sebab itu Menteri Kesehatan Republik Indonesia melalui peraturan Nomor: 450/MENKES/SKIV/2004 mengajak bangsa Indonesia melaksanakan pemberian hanya ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupan bayi dapat dilanjutkan sampai anak umur 2 tahun.
1.2  Rumusan Masalah.
Adapun rumusan  dari penulisan makalah kami ini adalah:
1.      Bagaimana proses laktasi?
2.      Apakah yang dimkasud dengan ASI eksklusif
3.      Bagaimana cara menyusi yang benar.
1.3  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah kami ini adalah:
1.      Untuk mengetahui bagaimana proses laktasi.
2.      Untuk mengetahui apakah itu ASI Esklusif.
3.      Untuk mengetahui bagaimana cara menyusui yang benar.




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Kasus
Ibu yanti melahirkan 4 hari yang lalu sedang masa perawatan masa nifas dan perawatan bayi baru lahir. Ibu sudah 4 hari menyusui bayinya. Bayi sudah diberikan susu formula, tetapi ibu ingin selanjutnya memberikan ASI. Saat ini payudara terasa bengkak dan puting susu tidak menonjol.
Ditanya:
1.      Apa diagnosa?
2.      Jelaskan proses laktasi dan ASI eksklusif.
3.      Apa penkes yang dapat diberikan bidan.
4.      Jelaskan cara menyusui yang benar.
B.     Klarifikasi kata
1.      Perawatan masa nifas
2.      Perawatan bayi baru lahir
3.      Susu formula
4.      Memberikan ASI
5.      Puting susu tidak menonjol
C.    Diagnosa
Ibu Yanti postpartum 4 hari payudara terasa bengkak dan puting susu tidak menonjol.
D.    Pembahasan
1.      Perawatan masa nifas
Menurut jurnal T. M. Hanafiah, (2004) perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita hamil yang telah bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil , lamanya kira-kira 6-8 minggu, Akan tetapi, seluruh alat genetelia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.
Perawatan masa nifas dimulai sebenarnya sejak kala uri dengan menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi. Bila ada perlukaan jalan lahir atau luka bekas episiotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka dengan sebaik-baiknya. Penolong persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam sesudah melahirkan, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan post partum.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan masa nifas :
1.      Mobilisasi
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, lebih-lebih bila persalinan berlangsung lama, karena si ibu harus cukup beristirahat, dimana ia harus tidur terlentang selama 8 jama post partum untuk memcegah perdarahan post partum. Kemudian ia boleh miring ke kiri dan ke kanan untuk memcegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari kedua telah dapat duduk, hari ketiga telah dapat jalan-jalan dan hari keempat atau kelima boleh pulang. Mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi tergantung pada adanya komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka.
2.      Diet / Makanan
Makanan yang diberikan harus bermutu tinggi dan cukup kalori, yang mengandung cukup protein, banyak cairan, serta banyak buah-buahan dan sayuran karena si ibu ini mengalami hemokosentrasi.
3.      Buang Air Kecil
Buang air kecil harus secepatnya dilakukan sendiri. Kadang-kadang wanita sulit kencing karena pada persalinan m.sphicter vesica et urethare mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musc. sphincter ani. Juga oleh karena adanya oedem kandungan kemih yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dengan wanita sulit kencing sebaiknya lakukan kateterisasi, sebab hal ini dapat mengundang terjadinya infeksi. Bila infeksi telah terjadi (urethritis, cystitis, pyelitis), maka pemberian antibiotika sudah pada tempatnya.
4.      Buang Air Besar
 Buang air besar harus sudah ada dalam 3-4 hari post partum. Bila ada obstipasi dan timbul berak yang keras, dapat kita lakukan pemberian obat pencahar (laxantia) peroral atau parenterala, atau dilakukan klisma bila masih belum berakhir. Karena jika tidak, feses dapat tertimbun di rektum, dan menimbulkan demam.
5.      Demam
Sesudah bersalin, suhu badan ibu naik ± 0,5 C dari keadaan normal, tapi tidak melebihi 38 C. Dan sesudah 12 jam pertama suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 38 C/ mungkin telah ada infeksi.
6.      Mules-mules
Hal ini timbul akibat kontraksi uterus dan biasanya lebih terasa sedang menyusui. Hal ini dialami selama 2-3 hari sesudah bersalin. Perasaan sakit ini juga timbul bila masih ada sisa selaput ketuban, plasenta atau gumpalan dari di cavum uteri. Bila si ibu sangat mengeluh, dapat diberikan analgetik atau sedativa supaya ia dapat beristirahat tidur.
7. Laktasi
 8 Jam sesudah persalinan si ibu disuruh mencoba menyusui bayinya untuk merangsang timbulnya laktasi, kecuali ada kontraindikasi untuk menyusui bayinya, misalnya: menderita thypus abdominalis, tuberkulosis aktif, thyrotoxicosis, DM berat, psikosi atau puting susu tertarik ke dalam, leprae. Atau kelainan pada bayinya sendiri misalnya pada bayi sumbing (labiognato palatoschizis) sehingga ia tidak dapat menyusu oleh karena tidak dapat menghisap, minuman harus diberikan melalui sonde.

2.      Perawatan bayi baru lahir
Berdasarkan jurnal Jtptunimus-gdl-karinaidr-7493-2-13. Bab-i, Bidan harus mengetahui kebutuhan transisional bayi dalam beradaptasi dengan kehidupan diluar uteri sehingga ia dapat membuat persiapan yang tepat untuk kedatangan bayi baru lahir. Adapun asuhannya sebagai berikut (Fraser Diane, 2011):
1.      Pencegahan kehilangan panas seperti mengeringkan bayi baru lahir, melepaskan handuk yang basah, mendorong kontak kulit dari ibu ke bayi, membedong bayi dengan handuk yang kering.
2.      Membersihkan jalan nafas.
3.      Memotong tali pusat.
4.      Identifikasi dengan cara bayi diberikan identitas baik berupa gelang nama maupun kartu identitas.
5.      Pengkajian kondisi bayi seperti pada menit pertama dan kelima setelah lahir, pengkajian tentang kondisi umum bayi dilakukan dengan menggunakan nilai Apgar.

3.      Susu Formula
Susu formula menurut WHO (2004) yaitu susu yang diproduksi oleh industri untuk keperluan asupan gizi yang diperlukan bayi. Susu formula kebanyakan tersedia dalam bentuk bubuk. Perlu dipahami susu cair steril sedangkan susu formula tidak steril. Pemberian susu formula diindikasikan untuk bayi yang karena sesuatu hal tidak mendapatkan ASI atau sebagai tambahan jika produksi ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi. Penggunaan susu formula ini sebaiknya meminta nasehat kepada petugas kesehatan agar penggunaannya tepat (Nasar, dkk, 2005).
Walaupun memiliki susunan nutrisi yang baik, tetapi susu sapi sangat baik hanya untuk anak sapi, bukan untuk bayi. Oleh karena itu, sebelum dipergunakan untuk makanan bayi, susunan nutrisi susu formula harus diubah hingga cocok untuk bayi. Sebab, ASI merupakan makanan bayi yang ideal sehingga perubahan yang dilakukan pada komposisi nutrisi susu sapi harus sedemikian rupa hingga mendekati susunan nutrisi ASI (Khasanah, 2011).
            Susu formula yang dibuat dari susu sapi telah diproses dan diubah kandungan komposisinya sebaik mungkin agar kandungannya sama dengan ASI tetapi tidak 100% sama. Proses pembuatan susu formula, kandungan karbohidrat, protein dan mineral dari susu sapi telah diubah kemudian ditambah vitamin serta mineral sehingga mengikuti komposisi yang dibutuhkan sesuai untuk bayi berdasarkan usianya (Suririnah, 2009).
            Menurut Khasanah (2011) ada beberapa kandungan gizi dalam susu formula yaitu, lemak disarankan antara 2,7-4,1 g tiap 100 ml, protein berkisar antara 1,2-1,9 g tiap 100 ml dan karbohidrat berkisar antara 5,4-8,2 g tiap 100 ml.
Selain adanya manfaat dari susu formula, ada juga kerugian yang di peroleh, yakni Menurut Praptiani (2012) menjelaskan telah teridentifikasi adanya kerugian berikut ini untuk bayi yang diberikan susu formula yaitu:
1.      Susu formula kurang mengandung beberapa senyawa nutrien.
2.      Sel-sel yang penting dalam melindungi bayi dari berbagi jenis patogen. 3) Faktor antibodi, antibakteri dan antivirus ( misalnya IgA, IgG, IgM dan laktoferin).
3.      Hormon (misalnya hormon prolaktin dan hormon tiroid).
4.      Enzim dan prostaglandin.
Sutomo dan Anggraini (2010) menjelaskan susu formula mempunyai beberapa kelemahan, antara lain; kurang praktis karena harus dipersiapkan terlebih dahulu, tidak dapat bertahan lama, mahal dan tidak selalu tersedia, cara penyajian harus tepat dan dapat menyebabkan alergi jika tidak cocok pada bayi.
Susu formula banyak kelemahannya karena terbuat dari susu sapi sehingga dijelaskan Khasanah (2011) antara lain; kandungan susu formula tidak selengkap ASI, pengenceran yang salah, kontaminasi mikroorganisme, menyebabkan alergi, bayi bisa diare dan sering muntah, menyebabkan bayi terkena infeksi, obesitas atau kegemukan, pemborosan, kekurangan zat besi dan vitamin, mengandung banyak garam.
4        Memberikan ASI
Pemberian ASI atau menyusui adalah proses pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi, dimana bayi memiliki refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan ASI. Menyusui merupakan proses alamiah yang keberhasilannya tidak diperlukan alat-alat khusus dan biaya yang mahal namun membutuhkan kesabaran, waktu, dan pengetahuan tentang menyusui serta dukungan dari lingkungan keluarga terutama suami ( Roesli, 2000), Lawrence (1994) dalam Roesli (2001), menyatakan bahwa menyusui adalah pemberian sangat berharga yang dapat diberikan seorang ibu pada bayinya. Dalam keadaan miskin, sakit atau kurang gizi, menyusui merupakan pemberian yang dapat menyelamatkan kehidupan bayi. Hal tersebut sejalan dengan Suryaatmaja dalam Soetjiningsih (1997), yang mengatakan menyusui adalah realisasi dari tugas yang wajar dan mulia seorang ibu.
Terdapat istilah yang berhubungan dengan ASI :
a. ASI Predominan
Anak dikategorikan mendapat ASI Predominan apabila selama 0 hingga 6 bulan, anak mendapatkan tambahan minuman lain berupa teh, madu, air tajin dan minuman lainnya disamping pemberian ASI
b. ASI parsial
Jika anak diberi makanan lain seperti bubur atau buah disamping pemberian ASI.


5.      Puting Susu Tidak Menonjol
Untuk mengetahui apakah puting susu datar, cubitlah areola disisi puting susu dengan ibu jari dan jari telunjuk. Puting susu yang normal akan menonjol, namun puting susu yang datar tidak menonjol. Tidak selalu ibu dengan puting susu datar mengalami kesulitan besar waktu menyusui. Dengan pengalaman banyak ibu yang tetap bisa memberikan ASI kepada bayinya. Bila dijumpai puting susu datar, dilakukan:
1.      Usahakan puting menonjol keluar dengan cara menarik dengan tangan ( gerakana haofman) atau dengan menggunakan pompa puting susu
2.      Jika tetap tidak bisa usahakan agar tetap disusui dengan sedikit penekanan pada bagian ereola, dengan jari sehingga membentuk “dot” ketika memasukkan puting susu kedalam mulut bayi. Bila terlalu penuh ASI dapat diperas dahulu dan diberikan dengan sendok atau cangkir. Dengan demikian diharapkan puting susu aan sedikit dengan sedikit keluar dan lentur.
Bila terjadi puting susu terbenam, puting akan tampak masuk kedalam areola sebagian atau seluruhnya. Keadaan ini dapat disebabkan karena ada sesuatu yang menarik puting susu kearah dalam, misalnya tumor atau penyempitan saluran susu. Kelainan ini seharusnya sudah diketahui sejak dini, paling tidak pada saat kehamilan, sehingga dapat diperbaiki.
Bila dijumpai puting susu terbenam, diusahakan dengan cara:
1.      Lakukan gerakan hofman yaitu dengan meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari di daerah areola kemudian dilakukan pengurutan menuju kearah yang berlawanan (walaupun hasilnya kadang-kadang kurang memuaskan)
2.      Dapat menggunakan pompa puting susu atau jarum suntik 10 Ml yang telah dimodifikasi setiap hari untuk mencoba menghisap supaya puting susu menonjol keluar. Namun harus dihindari rasa bosan atau lelah sewaktu mencoba mengeluarkan puting, karena rasa bosan dan mara justru akan menyebabkan produksi ASI berkurang. Karena itu harus dipertimbangkan benar berapa lama ibu mencoba dengan cara seperti ini.

II. Jawaban dari Persoalan Kasus.
1.      Proses Laktasi dan ASI eksklusif
Dari jurnal Repository USU mengatakan bahwa Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia. Setiap ibu menghasilkan air susu yang kita sebut ASI sebagai makanan alami yang disediakan untuk bayi. Pemberian ASI eksklusif serta proses menyusui yang benar merupakan sarana yang untuk membangun SDM yang berkualitas. Seperti diketahui ASI adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada enam bulan pertama (IDAI, 2008).
Protokol evidence based yang baru telah diperbaharui oleh WHO dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama menyatakan bahwa bayi harus mendapat kontak kulit kekulit ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam, bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dan ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta memberikan bantuan bila diperlukan, menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru lahir sampai dengan inisiasi menyusu selesai dilakukan (Ambarwati, 2009).
PROSES LAKTASI
Menyusui merupakan gabungan kerja hormon, refleks dan perilaku yang dipelajari ibu dan bayi baru lahir dan terdiri dari faktor-faktor berikut ini (Sinclair, 2009) :
a.         Laktogenesis
 Laktogenesis, yaitu permulaaan produksi susu dimulai pada tahap akhir kehamilan. Kolostrum disekresi akibat stimulasi sel-sel alveola oleh Universitas Sumatera Utara laktogen plasenta, yaitu suatu substansi yang menyurapai prolaktin. Produksi susu berlanjut setelah bayi lahir sebagai proses otomatis selama susu dikeluarkan dari payudara.
b.        Produksi susu
Kelanjutan sekresi susu terutama berkaitan dengan jumlah produksi hormon prolaktin yang cukup dihipofisis anterior dan pengeluran susu yang efisien. Nutrisi maternal dan masukan cairan merupakan faktor yang mempengaruhi jumlah dan kualitas susu.
c.                            Ejeksi susu
Pergerakan susu di alveoli ke mulut bayi merupakan proses yang aktif di dalam payudara. Proses ini tergantung pada refleks let-down atau refleks ejeksi susu. Refleks let-down secara primer merupakan respon terhadap isapan bayi. Isapan menstimulasi kelenjar hipofisis posterior untuk menyekresi oksitosin. Di bawah produksi oksitosin, sel-sel disekitar alveoli berkontraksi, mengeluarkan susu melalui sistem duktus ke dalam mulut bayi.
d.        Kolostrum
 Kolostrum berwarna kuning kental berfungsi untuk kebutuhan bayi baru lahir. Kolostrum mengandung antibody vital dan nutrisi padat dalam volume kecil, sesuai sekali untuk makanan awal bayi. Menyusui dini yang efisien berkorelasi dengan penurunan kadar bilirubin darah. Kolostrum secara bertahap berubah menjadi susu ibu antara hari ketiga dan kelima masa nifas.
e.         Air Susu ibu
 Air susu ibu yng lebih awal keluar mengandung lebih sedikit lemak dan mengalir lebih cepat daripada susu yang keluar pada bagian akhir menyusui. Air susu ibu pada saat menjelang akhir pemberian makan, susu ini lebih putih dan mengandung lebih banyak lemak. Kandungan lemak yang lebih tinggi ini memberikan rasa puas pada bayi. Menyusui dengan cukup lama, membuat satu payudara menjadi lebih lunak, memberi cukup kalori yang dibutuhkan untuk meningkatkan berat badan, menjarangkan jarak antar menyusui dan mengurangi pembentukan gas dan kerewelan bayi karena kandungan lemak yang lebih tinggi akan dicerna lebih lama, Woolridge, Fisher (1988 di dalam Bobak 2004).
Bayi baru lahir yang cukup bulan dan sehat memiliki tiga refleks yang diperlukan agar proses menyusui berhasil yaitu :
1.      Refleks rooting, refleks ini memungkinkan bayi baru lahir untuk menemukan puting susu apabila diletakkan di payudara.
2.      Refleks mengisap yaitu saat bayi mengisi mulutnya dengan puting susu atau pengganti puting susu sampai ke langit keras dan punggung lidah. Refleks ini melibatkan rahang , lidah dan pipi.
3.      Refleks menelan yaitu gerakan pipi dan gusi dalam menelan areola, sehingga refleks ini merangsang pembentukan rahang bayi (Saleha, 2009).

PEMELIHARAAN LAKTASI
Penyediaan berlangsung terus sesuai kebutuhan. Apabila bayi tidak disusui maka penyediaan air susu tidak akan dimulai. Apabila seorang ibu dengan bayi kembar menyusukan kedua bayinya bersama, maka penyediaan air susu akan tetap cukup untuk kedua bayi tersebut. Makin sering bayi disusukan, penyediaan air susu juga makin banyak (Saleha, 2009).
Dua faktor yang mempengaruhi pemeliharaan laktasi adalah rangsangan dan pengosongan payudara secara sempurna :
1.    Rangsangan, yaitu sebagai respon dari pengisapan yang memacu pembentukan air susu yang lebih banyak. Dan apabila bayi tidak dapat menyusu sejak awal maka ibu dapat mmemeras air susu dari payudaranya dengan tangan atau menggunakan pompa payudara. Akan tetapi, pengisapan oleh bayi akan memberikan rangsangan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kedua cara tersebut (Saleha, 2009).
2.   Pengosongan sempurna payudara Bayi sebaiknya mengosongkan payudara sebelum diberikan payudara yang lain. Apabila payudara tidak mengosongkan yang kedua, maka pada pemberian air susu yang berikutnya payudara kedua ini yang diberikan pertama kali. Apabila diinginkan agar bayi benar-benar puas (kenyang), maka bayi perlu diberikan air susu pertama (fore-milk) dan air susu kedua (hind-milk) untuk sekali minum. Hal ini hanya dapat dicapai dengan pengosongan sempurna pada satu payudara (Saleha, 2009).
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI antara lain :
1.      Frekuensi pemberian susu;
2.      Berat bayi saat lahir;
3.      Usia kehamilan saat melahirkan;
4.      Usia ibu dan paritas;
5.      Stres penyakit akut;
6.      Mengonsumsi rokok;
7.      Mengonsumsi alkohol;
8.      Pil kontrasepsi
ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang di sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya (WHO, 2004). ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini (Depkes RI, 2004) ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi (WHO, 2001).
a.       Manfaat ASI untuk bayi
 ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi, dapat juga melindungi infeksi gastrointestinal. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi. ASI juga mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan C4, Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin. ASI dapat meningkatkan kesehatan dan kecerdasan bayi serta meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan anak (bonding) (Gupte, 2004).
b.      Manfaat ASI untuk ibu
Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan “kehidupan” kepada bayinya dan hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang erat, bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak. Dengan menyusui, rahim ibu akan berkontraksi yang dapat menyebabkan pengembalian rahim keukuran sebelum hamil serta mempercepat berhentinya pendarahan post partum. Dengan menyusui kesuburan ibu akan menjadi berkurang untuk beberpa bulan dan dapat menjarangkan kehamilan. ASI juga dapat mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang (Gupte, 2004)
3.        Penkes yang diberikan Bidan Pada Kasus Tersebut diatas:
Pada kasus puting tidak menonjol, bidan bisa memberikan penkes tentang perawatan payudara dilakukan tahapan berikut:
a.       Letakkan kedua ibu jari disebelah kiri dan kanan putting susu, kemudian tekan dan hentakkan kearah luar menjahui putting susu secara perlahan.
b.      Letakkan kedua ibu jari diatas dan dibawah putting susu lalu tekan serta hentakkan kearah putting susu secara perlahan.
c.      Kemudian untuk masing-masing putting digosok dengan handuk kasar agar kotoran-kotoran yang melekat pada putting susu dapat terlepas.
Pada kasus payudara terasa bengkak, bidan bisa memberikan penkes untuk melakukan pengompresan pada kedua payudara sebagai berikut:
Alat-alat yang disiapkan:
1.      2 buah baskom sedang yang masing-masing diisi dengan air hangat dan air dingin.
2.      2 buah waslap.
Caranya: Kompres kedua payudara dengan waslap hangat selama 2 menit, kemudian ganti dengan kompres dingin selama 1 menit. Kompres bergantian selama 3 kali berturut-turut dengan kompres air hangat. Menganjurkan ibu untuk memakai BH khusus untuk menyusui.
4.        Cara Menyusui yang Benar
A. Teknik Menyusui yang Benar
Adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Suradi dan Hesti, 2004, p.1)
a. Posisi Badan Ibu dan Badan Bayi (DepKes RI, 2005, p.31)
1.      Ibu duduk atau berbaring dengan santai
2.      Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala
3.      Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara
4.      Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu
5.      Dengan posisi seperti ini telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi
6.      Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu
b. Posisi Mulut Bayi dan Putting Susu Ibu (DepKes RI, 2005, pp.26-32)
1.      Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain menopang dibawah (bentuk C) atau dengan menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk gunting), dibelakang areola (kalang payudara)
2.      Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek) dengan cara menyentuh puting susu, menyentuh sisi mulut puting susu.
3.      Tunggu samapi bayi bereaksi dengan membuka mulutnya lebar dan lidah ke bawah
4.      Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara menekan bahu belakang bayi bukan bagian belakang kepala
5.      Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadapan- hadapan dengan hidung bayi
6.      Kemudian masukkan puting susu ibu menelusuri langit- langit mulut bayi
7.      Usahakan sebagian aerola (kalang payudara) masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu berada diantara pertemuan langit- langit yang keras (palatum durum) dan langit- langit lunak (palatum molle)
8.      Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan gerakan memerah sehingga ASI akan keluar dari sinus lactiferous yang terletak dibawah kalang payudara
9.      Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi
10.  Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan hidung bayi dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal itu tidak perlu karena hidung bayi telah dijauhkan dari payudara dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu
11.  Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelus- elus bayi
12.  Cara Menyendawakan Bayi
a.       Letakkan bayi tegak lurus bersandar pada bahu ibu dan perlahan-lahan diusap punggung belakang sampai bersendawa
b.      Kalau bayi tertidur, baringkan miring ke kanan atau tengkurap. Udara akan keluar dengan sendirinya
c. Langkah – langkah Menyusui Yang Benar (DinKes, 2009)
1.      Ibu mencucui tangan sebelum menyusui bayinya
2.      Ibu duduk dengan santai dan nyaman, posisi punggung tegak sejajar punggung kursi dan kaki diberi alas sehingga tidak menggantung
3.      Mengeluarkan sedikit ASI dan mengoleskan pada puting susu dan aerola sekitarnya
4.      Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala terletak pada lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan
5.      Ibu menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakkan satu tangan bayi dibelakang ibu dan yang satu didepan, kepala bayi menghadap ke payudara
6.      Ibu memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis lurus
7.      Ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah serta tidak menekan puting susu atau areola
8.      Ibu menyentuhkan putting susu pada bagian sudut mulut bayi sebelum menyusui
9.      Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.
10.  Ibu menatap bayi saat menyusui
11.   Pasca Menyusui
a.       Melepas isapan bayi dengan cara jari kelingking di masukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi atau dagu bayi ditekan ke bawah
b.      Setelah bayi selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan aerola, biarkan kering dengan sendirinya
12.  Menyendawakan bayi dengan :
a.       Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggung ditepuk perlahan-lahan atau
b.      Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian punggungnya di tepuk perlahan-lahan.
13.  Menganjurkan ibu agar menyusui bayinya setiap saat bayi menginginkan (on demand)
d. Lama dan Frekuensi Menyusui (Purwanti, 2004, p.51)
1.      Menyusui bayi tidak perlu di jadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan setiap saat bayi membutuhkan.
2.      Asi dalam lambung bayi kosong dalam 2 jam.
3.      Bayi yang sehat akan menyusu dan mengogongkan payudara selama 5-7 menit.
e. Tanda- Tanda Posisi Bayi Menyusui yang Benar (DepKes RI, 2005, pp.32-33)
1.      Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu
2.      Dagu bayi menempel pada payudara ibu
3.      Dada bayi menempel pada dada ibu yang berada di dasar payudara (payudara bagian bawah)
4.      Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi
5.      Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka
6.      Sebagian besar areola tidak tampak
7.      Bayi menghisap dalam dan perlahan
8.      Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu
9.      Terkadang terdengar suara bayi menelan
10.  Puting susu tidak terasa sakit atau lecet
f. Tanda bahwa Bayi Mendapatkan ASI dalam Jumlah Cukup (Rahmawati dan Proverawati, 2010, p.41)
1.      Bayi akan terlihat puas setelah menyusu
2.      Bayi terlihat sehat dan berat badannya naik setelah 2 minggu pertama (100-200 gr setiap minggu) 3) Puting dan payudara tidak luka atau nyeri
3.      Setelah beberapa hari menyusu, bayi akan buang air kecil 6-8 kali sehari dan buang air besar berwarna kuning 2 kali sehari
Apabila selalu tidur dan tidak mau menyusui maka sebaiknya bayi dibangunkan dan dirangsang untuk menyusui setiap 2-3 jam sekali setiap harinya.

BAB III
KESIMPULAN

3.1  Kesimpulan
Dalam materi ini sangat penting bagi mahasiswa kebidanan untuk mengetahui proses laktasi dan menyusui. Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia. Masa laktasi mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI eklusif dan meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh secara alami.
3.2  Saran
Dalam Makalah ini terdapat penjelasan tentang “Proses Laktasi Dan Menyusui” berharap agar mahasiswi dapat mengetahui anatomi dan fisiologi payudara, dukungan bidan dalam pemberian ASI, manfaat pemberian ASI, upaya memperbanyak ASI, tanda bayi cukup ASI, ASI eksklusif, cara merawat payudara, cara menyusui yang benar serta masalahnya sesuai dengan pembahasan yang ada dalam makalah ini.



DAFTAR PUSTAKA
Walyani, Elisabeth Siwi. 2015. Perawatan Kehamilan Dan Menyusui Anak Pertama Agar Bayi Lahir Dan Tumbuh Sehat. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
.ac.id/bitstream/handle/123456789/31540/Chapter%20II.pdf?sequence=4







Tidak ada komentar:

Posting Komentar