PROSES LAKTASI, ASI EKSKLUSIF DAN
CARA MENYUSUI YANG BENAR
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
NAMA :SAHYUNI
SARI MARBUN
NIM :1601031036

PROGRAM
STUDI D4 KEBIDANAN
FAKULTAS
FARMASI DAN KESEHATAN UMUM
INSTITUT
KESEHATAN HELVETIA
2017
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang
Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang masalah gizi yang ada di Indonesia.
Makalah ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga
makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Medan,
12 Oktober 2017
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................ 2
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................. 3
2.1 Proses Laktasi.................................................................................... 3
2.2 ASI Eksklusif..................................................................................... 13
2.3 Cara Menyusui yang Benar................................................................ 15
BAB III PENUTUP..................................................................................... 19
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 19
3.2 Saran.................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. ... 21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laktasi adalah
keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi
menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus
reproduksi mamalia termasuk manusia.Masa laktasi mempunyai tujuan
meningkatkan pemberian ASI eklusif dan meneruskan pemberian ASI sampai anak
umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh
secara alami.
Prinsip pemberian ASI harus sedini mungkin dan
Eksklusif. Bayi baru lahir harus mendapat ASI dalam jangka waktu satu jam
setelah lahir. Seorang ibu dikodratkan untuk dapat memberikan air susunya
kepada bayi yang telah dilahirkannya, dimana kodrat ini merupakan suatu tugas
yang mulia bagi Ibu itu sendiri demi keselamatan bayi dikemudian hari. Tetapi
pada suatu proses kelahiran, terutama bagi yang baru pertama kali melahirkan,
kadang air susu Ibu tidak atau susah untuk keluar sehingga bayi tersebut
sementara diberikan susu botol yang akan mengakibatkan bayi terbiasa menghisap
dot, sehingga dapat mengalami bingung puting saat mulai meneteki. Reflleks
pertama seorang bayi yang normal adalah mencari putting susu ibu berupa hisapan
mulut bayi merupakan hal yang penting dalam proses produksi ASI.
Sejak abad ke-19 para pakar telah sepakat bahwa ASI
lebih unggul daripada susu sapi atau bahan pengganti lainnya.Sayangnya perilaku
menyusui bayi sendiri dianggap sebagian orang suatu tingkah laku tradisional,
sehingga sedikit demi sedikit ditinggalkan. Hal tersebut dipengaruhi oleh
kemajuan di negara-negara industri yang memperkenalkan susu buatan untuk bayi
yang mempunyai manfaat sama dengan ASI, pemakaiannya lebih praktis, dengan
promosi pemasaran yang gencar.
Oleh sebab itu Menteri Kesehatan Republik Indonesia
melalui peraturan Nomor: 450/MENKES/SKIV/2004 mengajak bangsa Indonesia
melaksanakan pemberian hanya ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupan bayi
dapat dilanjutkan sampai anak umur 2 tahun.
1.2 Rumusan
Masalah.
Adapun rumusan dari penulisan
makalah kami ini adalah:
1.
Bagaimana proses laktasi?
2.
Apakah yang dimkasud dengan ASI eksklusif
3.
Bagaimana cara menyusi yang benar.
1.3 Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah kami ini adalah:
1.
Untuk mengetahui bagaimana proses laktasi.
2.
Untuk mengetahui apakah itu ASI Esklusif.
3.
Untuk mengetahui bagaimana cara menyusui yang benar.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Kasus
Ibu yanti melahirkan 4 hari yang lalu sedang masa
perawatan masa nifas dan perawatan bayi baru lahir. Ibu sudah 4 hari menyusui
bayinya. Bayi sudah diberikan susu formula, tetapi ibu ingin selanjutnya
memberikan ASI. Saat ini payudara terasa bengkak dan puting susu tidak
menonjol.
Ditanya:
1.
Apa diagnosa?
2.
Jelaskan proses
laktasi dan ASI eksklusif.
3.
Apa penkes yang
dapat diberikan bidan.
4.
Jelaskan cara
menyusui yang benar.
B.
Klarifikasi kata
1.
Perawatan masa
nifas
2.
Perawatan bayi
baru lahir
3.
Susu formula
4.
Memberikan ASI
5.
Puting susu
tidak menonjol
C.
Diagnosa
Ibu Yanti postpartum 4 hari payudara terasa bengkak
dan puting susu tidak menonjol.
D.
Pembahasan
1.
Perawatan masa nifas
Menurut jurnal
T. M. Hanafiah, (2004) perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita
hamil yang telah bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum
hamil , lamanya kira-kira 6-8 minggu, Akan tetapi, seluruh alat genetelia baru
pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.
Perawatan masa
nifas dimulai sebenarnya sejak kala uri dengan menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan
perdarahan post partum dan infeksi. Bila ada perlukaan jalan lahir atau luka
bekas episiotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka dengan sebaik-baiknya.
Penolong persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam sesudah melahirkan,
untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan post partum.
Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam perawatan masa nifas :
1.
Mobilisasi
Umumnya wanita
sangat lelah setelah melahirkan, lebih-lebih bila persalinan berlangsung lama,
karena si ibu harus cukup beristirahat, dimana ia harus tidur terlentang selama
8 jama post partum untuk memcegah perdarahan post partum. Kemudian ia boleh
miring ke kiri dan ke kanan untuk memcegah terjadinya trombosis dan
tromboemboli. Pada hari kedua telah dapat duduk, hari ketiga telah dapat
jalan-jalan dan hari keempat atau kelima boleh pulang. Mobilisasi ini tidak
mutlak, bervariasi tergantung pada adanya komplikasi persalinan, nifas, dan
sembuhnya luka.
2.
Diet / Makanan
Makanan yang
diberikan harus bermutu tinggi dan cukup kalori, yang mengandung cukup protein,
banyak cairan, serta banyak buah-buahan dan sayuran karena si ibu ini mengalami
hemokosentrasi.
3.
Buang Air Kecil
Buang air kecil
harus secepatnya dilakukan sendiri. Kadang-kadang wanita sulit kencing karena
pada persalinan m.sphicter vesica et urethare mengalami tekanan oleh kepala
janin dan spasme oleh iritasi musc. sphincter ani. Juga oleh karena adanya
oedem kandungan kemih yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih penuh
dengan wanita sulit kencing sebaiknya lakukan kateterisasi, sebab hal ini dapat
mengundang terjadinya infeksi. Bila infeksi telah terjadi (urethritis,
cystitis, pyelitis), maka pemberian antibiotika sudah pada tempatnya.
4.
Buang Air Besar
Buang air besar harus sudah ada dalam 3-4 hari
post partum. Bila ada obstipasi dan timbul berak yang keras, dapat kita lakukan
pemberian obat pencahar (laxantia) peroral atau parenterala, atau dilakukan
klisma bila masih belum berakhir. Karena jika tidak, feses dapat tertimbun di
rektum, dan menimbulkan demam.
5.
Demam
Sesudah
bersalin, suhu badan ibu naik ± 0,5 C dari keadaan normal, tapi tidak melebihi
38 C. Dan sesudah 12 jam pertama suhu badan akan kembali normal. Bila suhu
lebih dari 38 C/ mungkin telah ada infeksi.
6.
Mules-mules
Hal ini timbul
akibat kontraksi uterus dan biasanya lebih terasa sedang menyusui. Hal ini
dialami selama 2-3 hari sesudah bersalin. Perasaan sakit ini juga timbul bila
masih ada sisa selaput ketuban, plasenta atau gumpalan dari di cavum uteri.
Bila si ibu sangat mengeluh, dapat diberikan analgetik atau sedativa supaya ia
dapat beristirahat tidur.
7. Laktasi
8 Jam sesudah persalinan si ibu disuruh
mencoba menyusui bayinya untuk merangsang timbulnya laktasi, kecuali ada
kontraindikasi untuk menyusui bayinya, misalnya: menderita thypus abdominalis,
tuberkulosis aktif, thyrotoxicosis, DM berat, psikosi atau puting susu tertarik
ke dalam, leprae. Atau kelainan pada bayinya sendiri misalnya pada bayi sumbing
(labiognato palatoschizis) sehingga ia tidak dapat menyusu oleh karena tidak
dapat menghisap, minuman harus diberikan melalui sonde.
2.
Perawatan bayi baru lahir
Berdasarkan
jurnal Jtptunimus-gdl-karinaidr-7493-2-13. Bab-i, Bidan harus mengetahui
kebutuhan transisional bayi dalam beradaptasi dengan kehidupan diluar uteri
sehingga ia dapat membuat persiapan yang tepat untuk kedatangan bayi baru
lahir. Adapun asuhannya sebagai berikut (Fraser Diane, 2011):
1. Pencegahan kehilangan panas seperti mengeringkan
bayi baru lahir, melepaskan handuk yang basah, mendorong kontak kulit dari ibu
ke bayi, membedong bayi dengan handuk yang kering.
2. Membersihkan jalan nafas.
3. Memotong tali pusat.
4. Identifikasi dengan cara bayi diberikan identitas
baik berupa gelang nama maupun kartu identitas.
5. Pengkajian kondisi bayi seperti pada menit pertama
dan kelima setelah lahir, pengkajian tentang kondisi umum bayi dilakukan dengan
menggunakan nilai Apgar.
3.
Susu Formula
Susu formula
menurut WHO (2004) yaitu susu yang diproduksi oleh industri untuk keperluan asupan
gizi yang diperlukan bayi. Susu formula kebanyakan tersedia dalam bentuk bubuk.
Perlu dipahami susu cair steril sedangkan susu formula tidak steril. Pemberian
susu formula diindikasikan untuk bayi yang karena sesuatu hal tidak mendapatkan
ASI atau sebagai tambahan jika produksi ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi.
Penggunaan susu formula ini sebaiknya meminta nasehat kepada petugas kesehatan
agar penggunaannya tepat (Nasar, dkk, 2005).
Walaupun
memiliki susunan nutrisi yang baik, tetapi susu sapi sangat baik hanya untuk
anak sapi, bukan untuk bayi. Oleh karena itu, sebelum dipergunakan untuk
makanan bayi, susunan nutrisi susu formula harus diubah hingga cocok untuk
bayi. Sebab, ASI merupakan makanan bayi yang ideal sehingga perubahan yang
dilakukan pada komposisi nutrisi susu sapi harus sedemikian rupa hingga
mendekati susunan nutrisi ASI (Khasanah, 2011).
Susu formula yang dibuat dari susu sapi telah diproses
dan diubah kandungan komposisinya sebaik mungkin agar kandungannya sama dengan
ASI tetapi tidak 100% sama. Proses pembuatan susu formula, kandungan
karbohidrat, protein dan mineral dari susu sapi telah diubah kemudian ditambah
vitamin serta mineral sehingga mengikuti komposisi yang dibutuhkan sesuai untuk
bayi berdasarkan usianya (Suririnah, 2009).
Menurut Khasanah (2011) ada beberapa kandungan gizi dalam
susu formula yaitu, lemak disarankan antara 2,7-4,1 g tiap 100 ml, protein
berkisar antara 1,2-1,9 g tiap 100 ml dan karbohidrat berkisar antara 5,4-8,2 g
tiap 100 ml.
Selain adanya
manfaat dari susu formula, ada juga kerugian yang di peroleh, yakni Menurut
Praptiani (2012) menjelaskan telah teridentifikasi adanya kerugian berikut ini
untuk bayi yang diberikan susu formula yaitu:
1. Susu formula kurang mengandung beberapa senyawa
nutrien.
2. Sel-sel yang penting dalam melindungi bayi dari
berbagi jenis patogen. 3) Faktor antibodi, antibakteri dan antivirus ( misalnya
IgA, IgG, IgM dan laktoferin).
3. Hormon (misalnya hormon prolaktin dan hormon
tiroid).
4. Enzim dan prostaglandin.
Sutomo dan
Anggraini (2010) menjelaskan susu formula mempunyai beberapa kelemahan, antara
lain; kurang praktis karena harus dipersiapkan terlebih dahulu, tidak dapat
bertahan lama, mahal dan tidak selalu tersedia, cara penyajian harus tepat dan
dapat menyebabkan alergi jika tidak cocok pada bayi.
Susu formula
banyak kelemahannya karena terbuat dari susu sapi sehingga dijelaskan Khasanah
(2011) antara lain; kandungan susu formula tidak selengkap ASI, pengenceran
yang salah, kontaminasi mikroorganisme, menyebabkan alergi, bayi bisa diare dan
sering muntah, menyebabkan bayi terkena infeksi, obesitas atau kegemukan,
pemborosan, kekurangan zat besi dan vitamin, mengandung banyak garam.
4
Memberikan ASI
Pemberian ASI atau menyusui adalah proses pemberian
Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi, dimana bayi memiliki refleks menghisap untuk
mendapatkan dan menelan ASI. Menyusui merupakan proses alamiah yang
keberhasilannya tidak diperlukan alat-alat khusus dan biaya yang mahal namun
membutuhkan kesabaran, waktu, dan pengetahuan tentang menyusui serta dukungan
dari lingkungan keluarga terutama suami ( Roesli, 2000), Lawrence (1994) dalam
Roesli (2001), menyatakan bahwa menyusui adalah pemberian sangat berharga yang
dapat diberikan seorang ibu pada bayinya. Dalam keadaan miskin, sakit atau
kurang gizi, menyusui merupakan pemberian yang dapat menyelamatkan kehidupan
bayi. Hal tersebut sejalan dengan Suryaatmaja dalam Soetjiningsih (1997), yang
mengatakan menyusui adalah realisasi dari tugas yang wajar dan mulia seorang
ibu.
Terdapat
istilah yang berhubungan dengan ASI :
a.
ASI Predominan
Anak dikategorikan mendapat ASI
Predominan apabila selama 0 hingga 6 bulan, anak mendapatkan tambahan minuman
lain berupa teh, madu, air tajin dan minuman lainnya disamping pemberian ASI
b. ASI parsial
Jika anak diberi makanan lain seperti
bubur atau buah disamping pemberian ASI.
5.
Puting Susu Tidak Menonjol
Untuk mengetahui
apakah puting susu datar, cubitlah areola disisi puting susu dengan ibu jari
dan jari telunjuk. Puting susu yang normal akan menonjol, namun puting susu
yang datar tidak menonjol. Tidak selalu ibu dengan puting susu datar mengalami
kesulitan besar waktu menyusui. Dengan pengalaman banyak ibu yang tetap bisa
memberikan ASI kepada bayinya. Bila dijumpai puting susu datar, dilakukan:
1. Usahakan puting menonjol keluar dengan cara menarik
dengan tangan ( gerakana haofman) atau dengan menggunakan pompa puting susu
2. Jika tetap tidak bisa usahakan agar tetap disusui
dengan sedikit penekanan pada bagian ereola, dengan jari sehingga membentuk
“dot” ketika memasukkan puting susu kedalam mulut bayi. Bila terlalu penuh ASI
dapat diperas dahulu dan diberikan dengan sendok atau cangkir. Dengan demikian
diharapkan puting susu aan sedikit dengan sedikit keluar dan lentur.
Bila terjadi
puting susu terbenam, puting akan tampak masuk kedalam areola sebagian atau
seluruhnya. Keadaan ini dapat disebabkan karena ada sesuatu yang menarik puting
susu kearah dalam, misalnya tumor atau penyempitan saluran susu. Kelainan ini
seharusnya sudah diketahui sejak dini, paling tidak pada saat kehamilan,
sehingga dapat diperbaiki.
Bila dijumpai
puting susu terbenam, diusahakan dengan cara:
1. Lakukan gerakan hofman yaitu dengan meletakkan kedua
jari telunjuk atau ibu jari di daerah areola kemudian dilakukan pengurutan
menuju kearah yang berlawanan (walaupun hasilnya kadang-kadang kurang
memuaskan)
2. Dapat menggunakan pompa puting susu atau jarum
suntik 10 Ml yang telah dimodifikasi setiap hari untuk mencoba menghisap supaya
puting susu menonjol keluar. Namun harus dihindari rasa bosan atau lelah
sewaktu mencoba mengeluarkan puting, karena rasa bosan dan mara justru akan
menyebabkan produksi ASI berkurang. Karena itu harus dipertimbangkan benar
berapa lama ibu mencoba dengan cara seperti ini.
II.
Jawaban dari Persoalan Kasus.
1.
Proses Laktasi dan ASI eksklusif
Dari jurnal Repository USU
mengatakan bahwa Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI
diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan
bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia. Setiap ibu menghasilkan
air susu yang kita sebut ASI sebagai makanan alami yang disediakan untuk bayi.
Pemberian ASI eksklusif serta proses menyusui yang benar merupakan sarana yang
untuk membangun SDM yang berkualitas. Seperti diketahui ASI adalah makanan
satu-satunya yang paling sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada enam
bulan pertama (IDAI, 2008).
Protokol evidence based yang baru telah diperbaharui
oleh WHO dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama
menyatakan bahwa bayi harus mendapat kontak kulit kekulit ibunya segera setelah
lahir selama paling sedikit satu jam, bayi harus dibiarkan untuk melakukan
inisiasi menyusu dan ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta
memberikan bantuan bila diperlukan, menunda semua prosedur lainnya yang harus
dilakukan kepada bayi baru lahir sampai dengan inisiasi menyusu selesai
dilakukan (Ambarwati, 2009).
PROSES LAKTASI
Menyusui merupakan gabungan kerja hormon, refleks
dan perilaku yang dipelajari ibu dan bayi baru lahir dan terdiri dari
faktor-faktor berikut ini (Sinclair, 2009) :
a.
Laktogenesis
Laktogenesis,
yaitu permulaaan produksi susu dimulai pada tahap akhir kehamilan. Kolostrum
disekresi akibat stimulasi sel-sel alveola oleh Universitas Sumatera Utara
laktogen plasenta, yaitu suatu substansi yang menyurapai prolaktin. Produksi
susu berlanjut setelah bayi lahir sebagai proses otomatis selama susu
dikeluarkan dari payudara.
b.
Produksi susu
Kelanjutan sekresi susu terutama berkaitan dengan
jumlah produksi hormon prolaktin yang cukup dihipofisis anterior dan pengeluran
susu yang efisien. Nutrisi maternal dan masukan cairan merupakan faktor yang
mempengaruhi jumlah dan kualitas susu.
c.
Ejeksi susu
Pergerakan susu di alveoli ke mulut bayi merupakan
proses yang aktif di dalam payudara. Proses ini tergantung pada refleks
let-down atau refleks ejeksi susu. Refleks let-down secara primer merupakan
respon terhadap isapan bayi. Isapan menstimulasi kelenjar hipofisis posterior
untuk menyekresi oksitosin. Di bawah produksi oksitosin, sel-sel disekitar
alveoli berkontraksi, mengeluarkan susu melalui sistem duktus ke dalam mulut
bayi.
d.
Kolostrum
Kolostrum
berwarna kuning kental berfungsi untuk kebutuhan bayi baru lahir. Kolostrum
mengandung antibody vital dan nutrisi padat dalam volume kecil, sesuai sekali
untuk makanan awal bayi. Menyusui dini yang efisien berkorelasi dengan
penurunan kadar bilirubin darah. Kolostrum secara bertahap berubah menjadi susu
ibu antara hari ketiga dan kelima masa nifas.
e.
Air Susu ibu
Air susu ibu
yng lebih awal keluar mengandung lebih sedikit lemak dan mengalir lebih cepat
daripada susu yang keluar pada bagian akhir menyusui. Air susu ibu pada saat
menjelang akhir pemberian makan, susu ini lebih putih dan mengandung lebih
banyak lemak. Kandungan lemak yang lebih tinggi ini memberikan rasa puas pada
bayi. Menyusui dengan cukup lama, membuat satu payudara menjadi lebih lunak,
memberi cukup kalori yang dibutuhkan untuk meningkatkan berat badan,
menjarangkan jarak antar menyusui dan mengurangi pembentukan gas dan kerewelan
bayi karena kandungan lemak yang lebih tinggi akan dicerna lebih lama,
Woolridge, Fisher (1988 di dalam Bobak 2004).
Bayi baru lahir yang cukup bulan
dan sehat memiliki tiga refleks yang diperlukan agar proses menyusui berhasil
yaitu :
1.
Refleks rooting,
refleks ini memungkinkan bayi baru lahir untuk menemukan puting susu apabila
diletakkan di payudara.
2.
Refleks mengisap
yaitu saat bayi mengisi mulutnya dengan puting susu atau pengganti puting susu
sampai ke langit keras dan punggung lidah. Refleks ini melibatkan rahang ,
lidah dan pipi.
3.
Refleks menelan
yaitu gerakan pipi dan gusi dalam menelan areola, sehingga refleks ini
merangsang pembentukan rahang bayi (Saleha, 2009).
PEMELIHARAAN LAKTASI
Penyediaan berlangsung terus sesuai kebutuhan.
Apabila bayi tidak disusui maka penyediaan air susu tidak akan dimulai. Apabila
seorang ibu dengan bayi kembar menyusukan kedua bayinya bersama, maka
penyediaan air susu akan tetap cukup untuk kedua bayi tersebut. Makin sering
bayi disusukan, penyediaan air susu juga makin banyak (Saleha, 2009).
Dua
faktor yang mempengaruhi pemeliharaan laktasi adalah rangsangan dan pengosongan
payudara secara sempurna :
1. Rangsangan, yaitu sebagai respon dari pengisapan
yang memacu pembentukan air susu yang lebih banyak. Dan apabila bayi tidak
dapat menyusu sejak awal maka ibu dapat mmemeras air susu dari payudaranya
dengan tangan atau menggunakan pompa payudara. Akan tetapi, pengisapan oleh
bayi akan memberikan rangsangan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kedua
cara tersebut (Saleha, 2009).
2. Pengosongan sempurna payudara Bayi sebaiknya
mengosongkan payudara sebelum diberikan payudara yang lain. Apabila payudara
tidak mengosongkan yang kedua, maka pada pemberian air susu yang berikutnya
payudara kedua ini yang diberikan pertama kali. Apabila diinginkan agar bayi
benar-benar puas (kenyang), maka bayi perlu diberikan air susu pertama
(fore-milk) dan air susu kedua (hind-milk) untuk sekali minum. Hal ini hanya
dapat dicapai dengan pengosongan sempurna pada satu payudara (Saleha, 2009).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi produksi ASI antara lain :
1. Frekuensi pemberian susu;
2. Berat bayi saat lahir;
3. Usia kehamilan saat melahirkan;
4. Usia ibu dan paritas;
5. Stres penyakit akut;
6. Mengonsumsi rokok;
7. Mengonsumsi alkohol;
8. Pil kontrasepsi
ASI
Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam
larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang di sekresi oleh
kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya (WHO, 2004). ASI
eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada
bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam
tahap ASI eksklusif ini (Depkes RI, 2004) ASI eksklusif selama enam bulan
pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya
(bahwa ASI eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi (WHO,
2001).
a.
Manfaat ASI
untuk bayi
ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk
bayi, praktis, ekonomis, mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang
ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi, dapat juga
melindungi infeksi gastrointestinal. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin
yang dapat menyebabkan alergi pada bayi. ASI juga mengandung zat pelindung
(antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan pertama, seperti:
Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan C4, Antistapiloccocus, lactobacillus,
Bifidus, Lactoferrin. ASI dapat meningkatkan kesehatan dan kecerdasan bayi
serta meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan anak (bonding) (Gupte, 2004).
b.
Manfaat ASI
untuk ibu
Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat
memberikan “kehidupan” kepada bayinya dan hubungan yang lebih erat karena
secara alamiah terjadi kontak kulit yang erat, bagi perkembangan psikis dan
emosional antara ibu dan anak. Dengan menyusui, rahim ibu akan berkontraksi
yang dapat menyebabkan pengembalian rahim keukuran sebelum hamil serta mempercepat
berhentinya pendarahan post partum. Dengan menyusui kesuburan ibu akan menjadi
berkurang untuk beberpa bulan dan dapat menjarangkan kehamilan. ASI juga dapat
mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang (Gupte, 2004)
3.
Penkes yang diberikan Bidan Pada Kasus Tersebut
diatas:
Pada
kasus puting tidak menonjol, bidan bisa memberikan penkes tentang perawatan
payudara dilakukan tahapan berikut:
a. Letakkan kedua ibu jari disebelah kiri dan kanan
putting susu, kemudian tekan dan hentakkan kearah luar menjahui putting susu
secara perlahan.
b. Letakkan kedua ibu jari diatas dan dibawah putting
susu lalu tekan serta hentakkan kearah putting susu secara perlahan.
c. Kemudian untuk masing-masing putting digosok dengan
handuk kasar agar kotoran-kotoran yang melekat pada putting susu dapat
terlepas.
Pada kasus
payudara terasa bengkak, bidan bisa memberikan penkes untuk melakukan
pengompresan pada kedua payudara sebagai berikut:
Alat-alat yang
disiapkan:
1. 2 buah baskom sedang yang masing-masing diisi dengan
air hangat dan air dingin.
2. 2 buah waslap.
Caranya: Kompres
kedua payudara dengan waslap hangat selama 2 menit, kemudian ganti dengan
kompres dingin selama 1 menit. Kompres bergantian selama 3 kali berturut-turut
dengan kompres air hangat. Menganjurkan ibu untuk memakai BH khusus untuk
menyusui.
4.
Cara Menyusui yang Benar
A.
Teknik Menyusui yang Benar
Adalah
cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi
dengan benar (Suradi dan Hesti, 2004, p.1)
a.
Posisi Badan Ibu dan Badan Bayi (DepKes RI, 2005, p.31)
1.
Ibu duduk atau berbaring dengan santai
2.
Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak
pada dasar kepala
3.
Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau
bagian bawah payudara
4.
Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu
5.
Dengan posisi seperti ini telinga bayi
akan berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi
6.
Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu
dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu
b.
Posisi Mulut Bayi dan Putting Susu Ibu (DepKes RI, 2005, pp.26-32)
1.
Payudara dipegang dengan ibu jari diatas
jari yang lain menopang dibawah (bentuk C) atau dengan menjepit payudara dengan
jari telunjuk dan jari tengah (bentuk gunting), dibelakang areola (kalang
payudara)
2.
Bayi diberi rangsangan agar membuka
mulut (rooting reflek) dengan cara menyentuh puting susu, menyentuh sisi mulut
puting susu.
3.
Tunggu samapi bayi bereaksi dengan
membuka mulutnya lebar dan lidah ke bawah
4.
Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara
ibu dengan cara menekan bahu belakang bayi bukan bagian belakang kepala
5.
Posisikan puting susu diatas bibir atas
bayi dan berhadapan- hadapan dengan hidung bayi
6.
Kemudian masukkan puting susu ibu
menelusuri langit- langit mulut bayi
7.
Usahakan sebagian aerola (kalang
payudara) masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu berada diantara pertemuan
langit- langit yang keras (palatum durum) dan langit- langit lunak (palatum
molle)
8.
Lidah bayi akan menekan dinding bawah
payudara dengan gerakan memerah sehingga ASI akan keluar dari sinus lactiferous
yang terletak dibawah kalang payudara
9.
Setelah bayi menyusu atau menghisap
payudara dengan baik, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi
10.
Beberapa ibu sering meletakkan jarinya
pada payudara dengan hidung bayi dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas.
Hal itu tidak perlu karena hidung bayi telah dijauhkan dari payudara dengan
cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu
11.
Dianjurkan tangan ibu yang bebas
dipergunakan untuk mengelus- elus bayi
12.
Cara Menyendawakan Bayi
a.
Letakkan bayi tegak lurus bersandar pada
bahu ibu dan perlahan-lahan diusap punggung belakang sampai bersendawa
b.
Kalau bayi tertidur, baringkan miring ke
kanan atau tengkurap. Udara akan keluar dengan sendirinya
c.
Langkah – langkah Menyusui Yang Benar (DinKes, 2009)
1.
Ibu mencucui tangan sebelum menyusui
bayinya
2.
Ibu duduk dengan santai dan nyaman,
posisi punggung tegak sejajar punggung kursi dan kaki diberi alas sehingga
tidak menggantung
3.
Mengeluarkan sedikit ASI dan mengoleskan
pada puting susu dan aerola sekitarnya
4.
Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala
terletak pada lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan
5.
Ibu menempelkan perut bayi pada perut
ibu dengan meletakkan satu tangan bayi dibelakang ibu dan yang satu didepan,
kepala bayi menghadap ke payudara
6.
Ibu memposisikan bayi dengan telinga dan
lengan pada garis lurus
7.
Ibu memegang payudara dengan ibu jari
diatas dan jari yang lain menopang dibawah serta tidak menekan puting susu atau
areola
8.
Ibu menyentuhkan putting susu pada
bagian sudut mulut bayi sebelum menyusui
9.
Setelah bayi mulai menghisap, payudara
tidak perlu dipegang atau disangga lagi.
10.
Ibu menatap bayi saat menyusui
11.
Pasca Menyusui
a.
Melepas isapan bayi dengan cara jari
kelingking di masukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi atau dagu bayi
ditekan ke bawah
b.
Setelah bayi selesai menyusui, ASI
dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan aerola, biarkan
kering dengan sendirinya
12.
Menyendawakan bayi dengan :
a.
Bayi digendong tegak dengan bersandar
pada bahu ibu kemudian punggung ditepuk perlahan-lahan atau
b.
Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu,
kemudian punggungnya di tepuk perlahan-lahan.
13.
Menganjurkan ibu agar menyusui bayinya
setiap saat bayi menginginkan (on demand)
d.
Lama dan Frekuensi Menyusui (Purwanti, 2004, p.51)
1.
Menyusui bayi tidak perlu di jadwal,
sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan setiap saat bayi membutuhkan.
2.
Asi dalam lambung bayi kosong dalam 2
jam.
3.
Bayi yang sehat akan menyusu dan
mengogongkan payudara selama 5-7 menit.
e.
Tanda- Tanda Posisi Bayi Menyusui yang Benar (DepKes RI, 2005, pp.32-33)
1.
Tubuh bagian depan bayi menempel pada
tubuh ibu
2.
Dagu bayi menempel pada payudara ibu
3.
Dada bayi menempel pada dada ibu yang
berada di dasar payudara (payudara bagian bawah)
4.
Telinga bayi berada dalam satu garis
dengan leher dan lengan bayi
5.
Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir
bawah yang terbuka
6.
Sebagian besar areola tidak tampak
7.
Bayi menghisap dalam dan perlahan
8.
Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu
9.
Terkadang terdengar suara bayi menelan
10.
Puting susu tidak terasa sakit atau
lecet
f. Tanda bahwa
Bayi Mendapatkan ASI dalam Jumlah Cukup (Rahmawati dan Proverawati, 2010, p.41)
1.
Bayi akan terlihat puas setelah menyusu
2.
Bayi terlihat sehat dan berat badannya
naik setelah 2 minggu pertama (100-200 gr setiap minggu) 3) Puting dan payudara
tidak luka atau nyeri
3.
Setelah beberapa hari menyusu, bayi akan
buang air kecil 6-8 kali sehari dan buang air besar berwarna kuning 2 kali
sehari
Apabila selalu tidur dan tidak mau
menyusui maka sebaiknya bayi dibangunkan dan dirangsang untuk menyusui setiap
2-3 jam sekali setiap harinya.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Dalam materi
ini sangat penting bagi mahasiswa kebidanan untuk mengetahui proses laktasi dan
menyusui. Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi
sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral
dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia. Masa laktasi mempunyai tujuan
meningkatkan pemberian ASI eklusif dan meneruskan pemberian ASI sampai anak
umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh
secara alami.
3.2 Saran
Dalam
Makalah ini terdapat penjelasan tentang “Proses Laktasi Dan Menyusui” berharap
agar mahasiswi dapat mengetahui anatomi dan fisiologi payudara, dukungan bidan
dalam pemberian ASI, manfaat pemberian ASI, upaya memperbanyak ASI, tanda bayi
cukup ASI, ASI eksklusif, cara merawat payudara, cara menyusui yang benar serta
masalahnya sesuai dengan pembahasan yang ada dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/files/disk1/4/jtstikesmuhgo-gdl-dyahastuti-167-1-teknikm-i.pdf
Walyani,
Elisabeth Siwi. 2015. Perawatan Kehamilan
Dan Menyusui Anak Pertama Agar Bayi Lahir Dan Tumbuh Sehat. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press
.ac.id/bitstream/handle/123456789/31540/Chapter%20II.pdf?sequence=4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar