TAHAP-TAHAP
PROSES ADAPTASI
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
1.
ANGELA
APRIANI GIAWA
2.
SAHYUNI
SARI MARBUN
3.
VALENTINA
SIPAHUTAR

PROGRAM
STUDI D4 KEBIDANAN
FAKULTAS
FARMASI DAN ILMU KESEHATAN UMUM
INSTITUT
KESEHATAN HELVETIA MEDAN
TAHUN
AJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang tahap-tahap proses adaptasi.
Makalah
ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas
dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir
kata kami berharap semoga makalah tahap-tahap proses adaptasi dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Medan,
13 November 2017
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................. ... i
DAFTAR ISI............................................................................................ ... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ ... 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................. ... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... ... 2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................ ... 2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................... ... 3
2.1 Adaptif.......................................................................................... ... 3
2.2 Maladaptif..................................................................................... ... 6
BAB III PENUTUP.................................................................................. ... 9
3.1 Kesimpulan.................................................................................... ... 9
3.2 Saran.............................................................................................. ... 9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... ... 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sebenarnya
usaha untuk menyusun teori dalam psikologi kepribadian telah sejak lama
dilakukan yakni sebelum masehi, orang mencoba-coba memberikan ciri-ciri khusus
kepada sesuatu, baik itu berujud benda, pemandangan, musim, lukisan dan
sebagainya, dengan cara mencari sesuatu yang menyebabkan segala sesuatu itu
mempunyai daya tarik yang kuat. Demikianlah halnya dengan kehidupan
manusia, seseorang berusaha mencari ciri-ciri khusus, yang terdapat
pada manusia yang lain.
Empedocles seseorang filsuf Yunani Kuno, yang berependapat bahwa segala yang
ada didunia ini terdiri atas empat unsur, yaitu ; tanah, air, api, dan udara,
mencoba membedakan ciri-ciri khusus bagaimana bila seseorang terlalu banyak
salah satu dari keempat unsur tersebut. Bila didalam tubuh seseorang
terlalu banyak unsur tanah, misalnya maka orang itu akan memiliki sifat dingin,
acuh tak acuh, tidak mudah terpengaruh, dsb. Sedang bila kebanyakan unsur api,
maka orang tsb. Akan kelihatan lincah, mudah bergerak, ribut dan seakan-akan
tidak punya pendirian.
Ada
pula yang mencoba menghubungkan tata bintang dalam hubungannya dengan musim,
bernama astronomi, dalam hubungannnya dengan watak orang yang dilahirkan pada
musim itu (astrologi).Usaha-usaha yang masih bersifat pra-ilmiah
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan adaptif?
2. Apa yang dimaksud dengan maladaptif?
1.3 Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan adaptif.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan maladaptif.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Adaptif
Setiap manusia tentu menginginkan agar hidupnya eksis. Untuk dapat
hidup eksis ia harus senantiasa beradaptasi (menyesuaikan diri) dengan
lingkungan. Dengan penyesuaian diri ia akan mengalami perubahan-perubahan kearah
yang lebih maju (modern). Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki daya upaya
untuk dapat menyesuaikan diri, baik secara aktif maupun pasif. Seseorang aktif
melakukan penyesuaian diri bila terganggu keseimbangannya, yaitu antara
kebutuhan dan pemenuhan. Untuk itu ia akan merespon dari tidak seimbang menjadi
seimbang. Bentuk ketidakseimbangan yang dapat muncul yaitu: bimbang/ragu,
gelisah, cemas, kecewa, frustasi, pertentangan (conflict), dan sebagainya.
Penyesuaian diri seseorang dengan lingkungannya dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain: jenis kelamin, umur, motivasi, pengalam, serta kemampuan
dalam mengatasi masalah. Dua bentuk ketidakseimbangan yang perlu mendapat
perhatian yaitu Frustasi dan konflik.
a) Frustasi
Ada beberapa faktor penyebab frustasi. Pada umumnya
frustasi dapat disebabkan karena:
·
Tertundanya
pencapaian tujuan seseorang untuk sementara, atau untuk waktu yang tidak
menentu.
·
Sesuatu
yang menghambat apa yang sedang dilakukan.
Faktor penghambat dapat dibedakan menjadi 2
yaitu faktor interen dan faktor eksteren.
1) Faktor interen yaitu semua faktor yang berasal
dari dalam diri seseorang, yang dapat berpengaruh positif atau negatif. Contoh
faktor interen yaitu keadaan jasmani dan rohani.
2) Faktor eksteren yaitu semua faktor yang
berasal dari luar dirinya, yang dapat berpengaruh positif atau negatif. Faktor
eksteren terbagi lagi menjadi tiga yaitu dari lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
b) Konflik
Konflik (pertentangan) dapat muncul apabila terjadi ketidakseimbangan
dalam diri individu. Salah satu contoh: ‘Seseorang dihadapkan pada beberapa
pilihan yang harus dipilih satu, atau beberapa diantaranya’. Seseorang yang
mengalami konflik dan tidak segera diatasi, dapat menimbulkan gangguan
perilaku. Beberapa contoh lain untuk situasi konflik adalah sebagai berikut.
·
Approach-approach
: Berhadapan dengan 2 pilihan yang menarik.
·
Avoidance-avoidance
: Berhadapan dengan 2 pilihan yang tidak diinginkan.
·
Approach-avoidance
: Satu pilihan menyenangkan dan satu pilihan tidak menyenangkan.
·
Double
approach avoidance conflict : banyak konflik, dan sebagainya
Dalam menghadapi frustasi dan/atau konflik,
seseorang hendaknya memiliki kemampuan (kecakapan) untuk menganalisis setiap
stimulus. Dengan kecakapan yang dimiliki ia akan dapat menyelesaikan
masalahnya. Analisis dapat dilakukan secara bertahap, mulai dari yang sangat
sederhana (ringan) menuju yang kompleks (berat). Dengan demikian secara
bertahap pula akan ditemukan keseimbangan. Hal ini dapat dilakukan dengan penuh
kesabaran. Frustasi dan/atau konflik dapat diseimbangkan dengan berbagai cara.
Trial and error (mencoba dan salah) merupakan salah satu cara yang dapat
membentuk ‘kebiasaan’ dan ‘mekanisme’. Ada bermacam-macam mekanisme penyesuaian
yang dapat dijadikan rambu-rambu sebagai berikut.
a.
Agresi:
yaitu menyerang obyek frustasi untuk mendapatkan kepuasan
b.
Menarik
diri: yaitu menarik atau undur diri dari permasalahan.
c.
Mimpi
siang hari: yaitu untuk mencapai kepuasan dengan berkhayal.
d.
Regresi:
merupakan reaksi terhadap frustasi dan nampak pada anak-anak.
e.
Rasionalisasi:
yaitu pembebasan atas suatu perilaku, bisa disebabkan oleh alasan yang
sebenarnya dari perilaku itu tidak diterima oleh masyarakat. Bentuk
rasionalisasi: Sougrapes, sweet lemon, kambing hitam.
f.
Represi:
situasi yang menimbulkan rasa bersalah ketakutan dsb. Lebih baik dilupakan
g. Identifikasi:
mendapatkan rasa harga diri dengan menempatkan diri pada tokoh yang dikagumi.
Identifikasi dapat terjadi pada kelompok/lembaga yang bisa menjadi
kebanggaannya, dapat juga di sekolah-sekolah.
h.
Konpensasi: konpensasi dapat bersifat positif
atau negatif.
i.
Reaksi konversi: karena terjadi konversi ketegangan
emosi kesan dari psikologis. Seseorang yang tidak bisa mengatasi konfliknya
mencoba mengatasi dengan sakit kepala, sakit perut, dll.
2.2 Maladaptif
Para ahli dapat memberikan definisi perilaku abnormal
berdasarkan hal-hal yang menyimpang baik secara statistik maupun norma
sosiaI. Kriteria terpenting adalah bagaimana perilaku tersebut berpengaruh pada
pribadi seseorang dan/atau kelompok. Oleh karena itu prilaku abnormal
kemudian disebut perilaku mal adaptif (tidak dapat menyesuaikan diri dengan
keadaan), yang memiliki dampak yang merugikan dan membahayakan orang lain atau
masyarakat.
Maladaptif adalah gangguan dengan berbagai tingkat keparahan (Stuart
dan Sundeen, 1998). Mal adaptif terdiri dari manipulasi, impulsif dan
narkisisme. sosial diatas, menarik diri termasuk dalam transisi antara respon
adaptif dengan maladaptif sehingga individu cenderung berfikir ke arah negatif.
Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut Stuart dan
Sundeen (1998), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab
gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal.Faktor yang mungkin
mempengaruhi antara lain :
Faktor
pencetus
1)
Faktor
perkembangan
Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang
perkembangan
respon sosial yang maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu
yang mempunyai masalah ini adalah orang yang tidak berhasil memisahkan
diri dari orang tua. Norma keluarga mungkin tidak mendukung hubungan
keluarga dengan pihak lain di luar keluarga. Keluarga seringkali mempunyai
peran yang tidak jelas. Orang tua pecandu alkohol dan penganiaya anak
juga dapat mempengaruhi seseorang berespons sosial maladaptif.
Organisasi anggota keluarga bekerjasama dengan tenaga profesional untuk
mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan antara
kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif sewajarnya
mengurangi menyalahkan keluarga oleh tenaga profesional.
respon sosial yang maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu
yang mempunyai masalah ini adalah orang yang tidak berhasil memisahkan
diri dari orang tua. Norma keluarga mungkin tidak mendukung hubungan
keluarga dengan pihak lain di luar keluarga. Keluarga seringkali mempunyai
peran yang tidak jelas. Orang tua pecandu alkohol dan penganiaya anak
juga dapat mempengaruhi seseorang berespons sosial maladaptif.
Organisasi anggota keluarga bekerjasama dengan tenaga profesional untuk
mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan antara
kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif sewajarnya
mengurangi menyalahkan keluarga oleh tenaga profesional.
2)
Faktor
Biologis
Faktor genetik juga dapat menunjang terhadap
respons sosial
maladaptif. Ada bukti terdahulu tentang terlibatnya neurotransmiter dalam
perkembangan gangguan ini, namun masih tetap diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai kebenaran keterlibatan neurotransmiter.
maladaptif. Ada bukti terdahulu tentang terlibatnya neurotransmiter dalam
perkembangan gangguan ini, namun masih tetap diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai kebenaran keterlibatan neurotransmiter.
3)
Faktor
sosiokultural Isolasi sosial
Merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini akibat dari norma yang
tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain atau tidak menghargai anggota
masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat, dan berpenyakit
kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem
nilai yang berbeda dari kelompok budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistik
terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.
Karekteristik dari perilaku
maladaptif adalah:
a. Manipulasi
Orang lain diperlakukan
seperti objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian, berorientasi
pada diri sendiri atau
pada tujuan, bukan berorientasi padaorang lain.
b. Impulsif
Tidak mampu merencanakan sesuatu,
tidak mampu belajar dari pengalaman,penilaian yang buruk,
tidak dapat diandalkan.
c. Narkisisme
Harga diri yang rapuh secara
terus-menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egoisentris, pencemburuan,
marah, jika orang lain tidak mendukung.
Beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
maladaptif:
a. Sensitif terhadap kritik: Individu tidak bias
merespon secara positif terhadap koreksi, juga tidak dapat mengkritisi diri
sendiri.
b. Tidak mampu kompetisi: Individu hanya mau
berkompetisi dengan kawan yang jelas dapat dikalahkan
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Adaptasi adalah
penyesuaian diri terhadap suatu penilaian.Dalam hal ini respon individu
terhadap suatu perubahan yang ada dilingkungan yang dapat mempengaruhi keutuhan
tubuh baik secara fisiologis maupun psikologis dalam perilaku adaptip. Hasil
dari perilaku ini dapat berupa usaha untuk mempertahankan keseimbangan dari
suatu keadaan agar dapat kembali pada keadaan normal, namun setiap orang akan
berbeda dalam perilaku adaptip ada yang dapat berjalan dengan cepat namun ada
pula yang memerlukan waktu lama tergantung dari kematangan mental orang itu
tersebut.
3.2 Saran
Diharapkan dapat
memberikan pengetahuan terhadap pembacanya.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar