Sabtu, 04 November 2017

ASUHAN PASCA BEDAH

ASUHAN PADA PASIEN PRE DAN PASCA BEDAH PADA KASUS KEBIDANAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
Nama              : Sahyuni Sari Marbun
NIM                : 1601031036


PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN UMUM
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA  MEDAN
TAHUN AJARAN 2016/2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT kaırna atas Berkah, Rahmat Dan Hidayah-Nyalah sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan haik dalam hal teknik penulisan, tata hahasa maupun isinya. Oleh karena itü kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapakan demi penyempurnaan makalah ini pada masa yang akan datang. Akhir kata, semoga makalah ini dapa memberikan manfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya para pembaca sekalian.




Medan,  03 Mei 2017

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan......................................................................... 2
1.4. Manfaat Penulisan.................................................................. ... 2
BAB II PEMBAHASAN
1.1. Pengertian prebedah dan pasca bedah........................................ 3
1.2. Faktor resiko pada pasien pre dan pasca bedah.......................... 5
1.3. Persiapan pasien pre dan pasca bedah......................................... 6
1.4.Asuhan pasca bedah..................................................................... 11
1.5. Hal-hal yang perlu diperhatikan
  dalam penanganan pasca operasi ............................................... 12
1.6. Penatalaksanaan pada kasus pasca bedah................................... 13
1.7. Komplikasi dan penanganan pada kasus pasca bedah ............... 15
1.8. Pendokumentasian ................................................................. ... 18
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan.................................................................................. 24
B.     Saran............................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hapir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Perawat dan bidan mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anestesi, perawat/bidan) di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses perioperatif.
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien, jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor pasien merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut tidakan pembedahan adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal terebut diatas, maka sangatlah pentig untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah-langkah perioperatif. Tindakan perioperatif yang berkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien.



B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian pre dan pasca bedah.
2.      Apa faktor resiko pada pasien pre dan pasca bedah.
3.      Bagaimana persiapan pasien pre dan pasca bedah.
4.      Bagaimana asuhan yang diberikan pada pasien pasca bedah.
5.      Apa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan pasca bedah.
6.      Bagaimana penatalaksaan pasien pasca bedah.
7.      Apa komplikasi dan bagaimana penanganan pada kasus pasca bedah.
8.      Bagaimana pendokumentasian pada kasus pasca bedah.

C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembuatan makalah kami ini yaitu:
1.      Untuk bahan tugas KDK.
2.      Untuk menambah ilmu dan wawasan tentang asuhan pre dan pasca bedah dalam kebidanan.

D.    Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah kami ini yaitu:
1.      Untuk mengetahui apa pengertian pre dan pasca bedah.
2.      Untuk mengetahui apa faktor resiko pada pasien pre dan pasca bedah.
3.      Untuk mengetahui bagaimana persiapan pasien pre dan pasca bedah.
4.      Untuk mengetahui bagaimana asuhan yang diberikan pada pasien pasca bedah.
5.      Untuk mengetahui apa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan pasca bedah.
6.      Untuk mengetahui bagaimana penatalaksaan pasien pasca bedah.
7.      Untuk mengetahui komplikasi dan penanganan pada kasus pasca bedah.
8.      Untuk mengetahui Bagaimana pendokumentasian pada kasus pasca bedah.



BAB II
PEMBAHASAN
1.1. Pengertian Pre dan Pasca Bedah
Pre bedah atau pre operasi adalah masa sebelum dilakukannya  tindakan pembedahan , dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pesien dimeja bedah.
Pemeriksaan lain yang dianjurkan sebelum pelaksanaan operasi adalah Radiografi toraks, kapasitas vital, fungsi paru-paru, analisis gas darah pada Pematuan sistem respirasi, dan elektrodiograf; pemeriksaan darah seperti, Leukosit, eritosit, hematokrit, elektrolit dan lain-lain; pemeriksaan air kencing, Albumin, blood Urea nitrogen (BUN), kreatinin untuk menentukan gangguan Sistem renal dan pemeriksaan kadar gula darah atau lainnya untuk mendeteksi gangguan metabolisme.
Pengertian Post Operasi / Pasca Bedah adalah asuhan post operasi (segera setelah operasi) harus dilakukan di ruang pemulihan tempat adanya akses yang cepat ke oksigen, pengisap, peralatan resusitasi, monitor, bel panggil emergensi, dan staf terampil dalam jumlah dan jenis yang memadai.
Secara umum ada dua:
1.      Berdasarkan lokasi pembedahan.
2.       Berdasarkan tujuan pembedahan

Jenis pembedahan berdasarkan lokasi terdiri dari:
1.      Bedah kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah).
2.      Bedah toraks  (dada)
3.       Bedah neurologi (syaraf).
4.      Bedah orthopedic (tulang)
5.       Bedah urologi (saluran perkemihan)
6.       Bedah kepala leher
7.      Bedah digestif (saluran pencernaan).
8.      Bedah caesar dan masih banyak lagi lainnya.

Sedangkan jenis pembedahan berdasarkan tujuan terdiri dari:
1.      Pembedahan diagnostic, yang bertujuan untuk menentukan sebab terjadinya gejala dari penyakit seperti biopsy, eksplorasi dan laparotomi.
2.       Pembedahan kuratif, pembedahan yang dilakukan untuk mengambil bagian dari penyakit, seperti pembedahan apendiktomy.
3.       Pembedahan restorative, pembedahan yang dilakukan untuk memperbaiki deformitas (kecacatan) dan untuk menyambung daerah yang terpisah.
4.       Pembedahan paliatif adalah pembedahan yang dilakukan untuk mengurangi gejala saja dan tidak untuk  mengurangi penyakit
5.      Pembedahan kosmetik adalah pembedahan yang dilakukan untuk memperbaiki bentuk dalam tubuh misalnya rhinoplasty (operasi untuk membuat hidung menjadi lebih mancung).

Berdasarkan jenis anestesi terdiri dari :
1.    Anestesi umum merupakan suatu tindakan pembiusan yang dilakukan untuk memblok pusat kesadaran otak dengan menghilangkan kesadaran dan menimbulkan relaksasi serta hilangnya perasaan. Pada umumnya metode pemberiannya adalah dengan inhalasi dan intravena.
2.  Anestesi regional merupakan jenis anestesi yang dilakukan untuk meniadakan proses kejutan pada ujung atau serabut syaraf serta ada hilangnya perasaan pada daerah tubuh tertentu akan tetapi pasien masih sadar. Metode pemberian yang digunakan adalah melakukan blok syaraf, memblok regional intravena dengan tourniquet, blok daerah spinal dan melalui epidural.
3. Anestesi lokal merupakan anestesi yang dilakukan untuk memblok transmisi impuls syaraf pada daerah yang akan dilakukan tindakan serta perasaan pada daerah tertentu dan pasien tetap dalam kondisi sadar. Metode yang digunakan adalah inflitrasi atau topical.
4.  Hipno anestesi merupakan anestesi yang dilakukan untuk membuat status kesadaran pasif secara artificial/ buatan sehingga terjadi peningkatan ketaatan kepada saran atau perintah serta mengurangi kesadaran dan membuat perhatiannya menjadi terbatas.
5. Akupuntur merupakan anestesi yang dilakukan untuk memblok rangsangan nyeri dengan merangsang keluarnya endorphin tanpa menghilangkan kesadaran. Metode yang banyak digunakan adalah jarum atau electrode pada permukaan tubuh.


1.2.Faktor Resiko Pada Pasien Pre Dan Pasca Operasi

Faktor resiko terhadap pembedahan antara lain :
1. Usia
Pasien dengan usia yang terlalu muda (bayi/anak-anak) dan usia lanjut mempunyai resiko lebih besar. Hal ini diakibatkan cadangan fisiologis pada usia tua sudah sangat menurun . sedangkan pada bayi dan anak-anak disebabkan oleh karena belum matur-nya semua fungsi organ.

2. Nutrisi
Kondisi malnutrisi dan obesitas/kegemukan lebih beresiko terhadap pembedahan dibandingakan dengan orang normal dengan gizi baik terutama pada fase penyembuhan. Pada orang malnutisi maka orang tersebut mengalami defisiensi nutrisi yang sangat diperlukan untuk proses penyembuhan luka. Nutrisi-nutrisi tersebut antara lain adalah protein, kalori, air, vitamin C, vitamin B kompleks, vitamin A, Vitamin K, zat besi dan seng (diperlukan untuk sintesis protein).
Pada pasien yang mengalami obesitas. Selama pembedahan jaringan lemak, terutama sekali sangat rentan terhadap infeksi. Selain itu, obesitas meningkatkan permasalahan teknik dan mekanik. Oleh karenanya devisiensi dan infeksi luka, umum terjadi. Pasien obesitas sering sulit dirawat karena tambahan berat badan; pasien bernafas tidak optimal saat berbaring miring dan karenanya mudah mengalami hipoventilasi dan komplikasi pulmonari pasca operatif. Selain itu, distensi abdomen, flebitis dan kardiovaskuler, endokrin, hepatik dan penyakit biliari terjadi lebih sering pada pasien obesitas.

3. Penyakit Kronis
Pada pasien yang menderita penyakit kardiovaskuler, diabetes, PPOM, dan insufisiensi ginjal menjadi lebih sukar terkait dengan pemakian energi kalori untuk penyembuhan primer. Dan juga pada penyakit ini banyak masalah sistemik yang mengganggu sehingga komplikasi pembedahan maupun pasca pembedahan sangat tinggi.


4. Ketidaksempurnaan respon neuro endokrin
Pada pasien yang mengalami gangguan fungsi endokrin, seperti dibetes melitus yang tidak terkontrol, bahaya utama yang mengancam hidup pasien saat dilakukan pembedahan adalah terjadinya hipoglikemia yang mungkin terjadi selama pembiusan akibat agen anastesi. Atau juga akibat masukan karbohidrat yang tidak adekuat pasca operasi atau pemberian insulin yang berlebihan. Bahaya lain yang mengancam adalah glukosuria. Pasien yang mendapat terapi kortikosteroid beresiko mengalami insufisiensi adrenal. Penggunaan oabat-obatan kortikosteroid harus sepengetahuan dokter anastesi dan dokter bedahnya.

5. Merokok
Pasien dengan riwayat merokok biasanya akan mengalami gangguan vaskuler, terutama terjadi arterosklerosis pembuluh darah, yang akan meningkatkan tekanan darah sistemiknya.

6.    Alkohol dan obat-obatan
Individu dengan riwayat alkoholik kronik seringkali menderita malnutrisi dan masalah-masalah sistemik, sperti gangguan ginjal dan hepar yang akan meningkatkan resiko pembedahan. Pada kasus kecelakaan lalu lintas yang seringkali dialami oleh pemabuk. Maka sebelum dilakukan operasi darurat perlu dilakukan pengosongan lambung untuk menghindari asprirasi dengan pemasangan NGT.

1.3.Persiapan Pasien Pre Dan Pasca Bedah

Persiapan Pasien Pra Bedah
Persiapan prabedah dilakukan untuk mempersiapkan daerah kulit pasien. Kulit didesinfeksi dan diusahakan terhindar dari kontaminasi sebelum dilakukan insisi bedah. Ada 2 jenis persiapan prabedah yaitu pencukuran dan desinfeksi
1.      Pencukuran
“Tata Cara”
Ketika mencukur pasien petugas di R.O. sebaiknya memperhatikan petunjuk-petunjuk berikut :
1.      Waktu yang tepat untuk mencukur pasien adalah segera sebelum operasi di mulai.
2.      Pasien harus menandatangani persetujuan operasi.
3.      Dokter harus menulis perintah untuk mencukur
4.      Daerah yang dicukur dibuat sekecil mungkin, tetapi harus berupa daerah persegi dengan batas luarnya kira-kira 2 – 3 inci dari daerah insisi yang sebenarnya.
5.      Semua pencukuran dilakukan setelah kulit pasien dibasahi.
6.      Biasanya digunakan Betadine, asalkan pasien tidak alergi terhadap desinfektan ini.
7.      Rahasia pribadi pasien dijaga dengan membatasi tirai
8.      Gunakan sarung tangan dan persiapkan karet busa yang basah dengan sabun untuk membentuk busa
9.      Dengan pisau cukur steril, cukurlah rambut pada kulit dengan gerakan yang tegas ke arah tumbuhnya rambut
10.  Setelah pencukuran selesai, keringkan daerah tersebut, angkat semua rambut yang lepas dan tinggalkan pasien dalam keadaan yang menyenangkan.
2.      Desinfeksi
Tata Cara:
Ketika melakukan desinfeksi pada kulit pasien, petugas di R.O. sebaiknya memperhatikan petunjuk-petunjuk berikut ini:
1.      Setelah pasien dalam keadaan teranestesi, daerah operasi diperlihatkan.
2.      Beberapa dokter bedah memilih untuk menggosok daerah operasi dengan sikat penggosok sebelum mengoleskan Betadine.
3.      Umbilikus dibersihkan dengan tangkai aplikator yang dibasahi dengan betadine bila ia juga termasuk bagian dari daerah operasi oleh salah seorang asisten bedah.
4.      Selanjutnya asisten bedah mengolesi daerah operasi dengan kain kassa yang dibasahi dengan betadine. Daerah insisi diolesi terlebih dahulu, kemudian daerah persiapan prabedah diperluas secara melingkar ke luar sampai batas keamanan yang cukup lebar.
5.      Biasanya dilakukan tiga kali pengolesan dengan betadine pada daerah operasi.
6.      Supaya efektif, desinfektan harus dibiarkan kering di udara
7.      Setelah daerah yang desinfeksi kering, mulai lakukan penutupan dengan kain.

2.      Persiapan Fisik Untuk Bedah Efektif
Disini yang penting adalah tersedianya daftar periksa rutin, yang dapat memungkinkan tidak adanya aspek-aspek yang tertinggal.

3.      Pelaksanaan Konsultasi Dokter Obstetri Gynekologi dan Dokter Anesthesi
Selain itu anggota multi disiplin lainnya juga dapat terlibat, dalam hal ini dilakukan pengkajian terhadap kesehatan ibu dan kesesuaiannya dengan anestesi yang dipilih, pemeriksaan specimen darah, penghitungan darah lengkap, dan pemeriksaan lainnya.

4.      Perawatan Saluran Pencernaan
a.       Anjurkan puasa sebelum operasi, di indikasikan agar isi lambung berkurang.
b.      6 jam mengosongkan lambung makanan, dan 4 jam mengosongkan lambung dari cairan.
c.       Puasa lebih dari 6 jam tidak perlu dilakukan, menimbulkan stress pada pasien.
d.      Beberapa obat yang dapat memperlambat pengosongan lambung bisa dihindari (petidin).
e.       Terapi antasida dapat diberikan pada bumil, agar tingkat keasaman lambung berkurang.
f.       Berikan infus intravena.

5.      Pre-Medikasi
a.       Adalah obat yang diberikan sebelum operasi dilakukan, sebagai persiapan atau bagian dari anestesi.
b.      Pramedika dapat diresepkan sesuai dengan kebutuhan, pramedika yang sering digunakan dibagian maternitas adalah antasid/antagonis H2.
c.       Obat lainnya dapat diberikan dengan perhitungan dampak terhadap keberadaan plasenta.
6.      Persiapan Kulit
a.       Persiapan kulit sebelum operasi bertujuan mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi.
b.      Hal-hal yang dapat memicu munculnya komplikasi dalam pelaksanaan operasi sebisa mungkin di hindari (perhiasan, deodorant, tata rias wajah, dll)

7.      Perawatan Kandung Kemih dan Usus
a.       Konstipasi dapat terjadi sebagai masalah pascabedah setelah puasa di imobilisasi.
b.      Oleh karena itu akan lebih baik bila dilakukan pengosongan usus sebelum operasi.
c.       Bila perlu bisa diberikan supositoria gliserin disore hari sebelum operasi.
d.      Kateter residua atau kateter indwelling dapat tetap dipasang untuk mencegah terjadinya trauma pada kandung kemih selama operasi, di pasang sebelum ibu dibawa ke kamar operasi.

8.      Stoking Kompresi
Pemakaian stoking kompresi sangat diharuskan karena kematian akibat emboli pulmoner (setelah thrombosis vena provunda) merupakan resiko yang sangat serius bagi ibu yang melahirkan dengan operasi atau yang mengalami imobilitas dalam semua periode. Stoking kompresi sangat penting terutama pada ibu yang memiliki faktor resiko (obesitas atau varises)

9.      Mengidentifikasi dan Melepas Protesis
a.       Semua protesis seperti lensa kotak, gigi palsu, kaki palsu, dan lain-lain harus dilepas sebelum pembedahan.
b.      Pasien dianjurkan memakai gelang identitas, terutama pada pasien yang diperkirakan akan tidak sadar, pada SC disediakan gelang identitas untuk bayinya.

10.   Dokumentasi
Bidan harus memastikan bahwa semua persiapan fisik dan psikologis dicatat segerah setelah prosedur dilakukan, hal ini sebagai bukti otentik dari apa yang telah dilakukan terhadap pasien.

11. Latihan nafas dalam dan batuk pada pra-operasi
a.       Pengertian : suatu tindakan pendidikan kesehatan yang diajarkan kepada klien sebelum operasi.
b.      Tujuan :
1)      Mencegah terjadinya komplikasi paru-paru akibat pemberian anestesi.
2)      Menbamtu paru-paru berkembang dan mencegah terjadinya akumulasi sekresi yang terjadi setelah anestesi.
c. Prosedur  kerja : metode latihan nafas dalam dan batuk mengikuti hal-hal di bawah ini :
1). Tidur dengan posisi semi fowler atau fowler penuh dengan lutut fleksi, abdomen relaks dan dada ekspansi penuh.
2). Letakkan tangan diatas perut.
3). Bernafas pelan melalui hidung dengan membiarkan dada ekspansi dan rasakan perut mengempis dengan tangan yang ada diatasnya.
4). Tahan nafas selama 3 detik.
5). Keluarkan nafas melalui bibir yang terbuka sedikit secara peran-pelan (abdomen /perut kontraksi dengan inspirasi).
6). Tarik dan keluarkan nafas 3 kali, kumudian setelah inspirasi diikuti dengan batuk yang kuat/keras bila untuk mengeluarkan secret.
7). Istirahat.
8). Ulangi tahap 3 sampai 7.

d. Hal yang harus diperhatikan :
1)   Jika ada insisi di bagian thorax dan abdomen, pasien dapat dipasang gurita atau ditekan dengan bantal untuk mengurangi peregangan saat batuk.
2)   Lakukan latihan ini segera setelah operasi bila keadaan memungkinkan. Untuk pasien yang mempunyai masalah pernapasan misalnya penyakit pernapasan kronis diperlukan latihan ini setiap jam.

12. latihan kaki .
a. pengertian : suatu tindakan latihan persiaan fisik yang diajarkan ke pasien pada saat periode sebelun operasi (pre-oprasi).
b. tujuan :
 1). Mempelancarkan penderahan darah.
2). Mencegas vena sratis.
3). Mempertahankan tonus otot.

c. prosedur pelaksanaan :
Ajarkan pada pasien 3 (tiga) bentuk latihan yang berisi tentang kontraksi dan relaksasi otot quandriceps (vastus intermedius, vastum lateralis, rectus femoris dan vastus medialis) dan otot gastroknemius..
1). Lakukan dorsifleksi dan plantar fleksi pada kaki. Latihan kadang-kadang diberikan seperti dalam keadaan memompa. Gerakan ini akan membuat kontraksi dan relaksasi pada otot betis. Latihan kaki menolong mencegah terjadinya thrombophlebitis dan vena statis.
2). Fleksi dan ekstensi pada lutut dan penekanan kembali lutut ke dalam bed. Intruksikan pasien untuk memulai latihan segera setelah operasi sesuai dengan kemampuannya.
3). Naikkan dan turunkan kaki dari permukaan bed. Ekstensikan lutut untuk menggerakkan kaki. Latihan ini menimbulkan kontraksi dan relaksasi otot quandriceps. Awasi pasien dalam melakukan latihan kurang lebih 1 jam setiap bangun tidur, dengan catatan frekuensi latihan tergantung kondisi pasien. Jelaskan pada pasien bahwa dengan kontraksi otot akan mempelancar peredaran darah.


    
3.      Asuhan Pada Pasien Pasca Operasi
2.3  Asuhan Pasca Operasi
Setelah tindakan pembedahan (pasca bedah), beberapa hal yang perlu dikaji di antaranya adalah status kesadaran, kualitas jalan nafas, sirkulasi dan perubahan tanda vital yang lain, keseimbangan elektrolit, kardiovaskuler, lokasi daerah pembedahan dan sekitarnya, serta alat yang digunakan dalam pembedahan.

Rencana tindakan
1.      Meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri dapat dilakukan dengan cara merawat luka, serta memperbaiki asupan makanan tinggi protein dan vitamin C. kolagen dan mempertahankan integritas dinding kapiler.
2.      Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan latihan nafas, tarik nafas yang dalam dengan mulut terbuka, lalu tahan nafas selama 3 detik dan hembuskan. Atau, dapat pula menggunakan diafragma, kemudian nafas dikeluarkan perlahan-lahan melalui mulut yang dikuncupkan.
3.      Mempertahankan sirkulasi, dengan stoking pada pasien yang beresiko tromboflebitis atau pasien dilatih agar tidak duduk terlalu lama dan harus meninggalkan kaki pada tempat duduk guna memperlancar vena balik.
4.      Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan memberikan cairan sesuai kebutuhan pasien ; monitor input dan output; serta mempertahankan nutrisi yang cukup.
5.      Mempertahankan eliminasi, dengan mempertahankan asupan dan output; serta mencegah terjadinya retensi urine.
6.      Mempertahankan aktivitas dengan latihan yang memperkuat otot sebelum ambulatory.
7.      Mengurangi kecemasan dengan melakukan komunikasi secara terapeutik.

1.5.  Hal-hal yang perlu diperhatikan pada perawatan pasca bedah

Hal-Hal Dalam Perawatan Luka Pasca Operasi Membersihkan dan Membalut luka .Luka yang memiliki tepian kulit yang berada dalam posisi baik akan sembuh dengan cepat, dengan cara mengurangi resiko infeksi (Briggs, 1997). Pengkajian luka harus memperhatikan kondisi klinis ibu, waktu dan sifat operasi serta tampilan luka. Keputusan untuk membalut luka kembali juga harus mencakup keputusan apakah pembersihan luka adalah sebagai berikut:
1. Membersihkan debris luka
2. Membuang jaringan yang mengelupas atau jaringan nekrosis (Fletcher, 1997). Morison (1992) berpendapat bahwa membersihkan luka tanpa menerapkan kedua kriteria dapat merusak jaringan baru. Noe & keller (1998) mengindikasikan bahwa membersihkan luka operasi yang dijahit dengan benang nilon pada hari pertama pasca operasi dengan sabun dan air merupakan tindakan yang aman untuk dilakukan. Meers et al (1992) menganjurkan untuk menggunakan teknik pembalutan bersih dengan air dan sarung tangan nonsteril, selain teknik aspektik, untuk luka jahitan yang memerlukan penggantian balutan. Ibu dianjurkan untuk mandi shower bukan mandi berendam. Berendam di dalam bak dapat menyebabkan eksudat luka lebih banyak beberapa hari kemudian karena jaringan menyerap air.
Bila luka memerlukan pembersihan lebih lanjut, Flanagan (1997) menyarankan penggunaan larutan salin isotonik (0,9 %) Pada suhu tubuh. Pertanyaan tentang kapan balutan luka harus diganti msih menjadi pertanyaaan yang belum terjawab. Tampaknya perlu dilakukan pengkajian setiap hari tanpa mengganggu luka dengan membersihkan atau mengganti balutannya kecuali bila perlu.
Untuk ibu dengan LSCS, berikut ini adalah beberapa prinsip yang dapat diimplementasikan: :
1. Balutan dari kamar operasi dapat dibuka pada hari pertama pasca operasi
2. Ibu harus mandi shower bila memungkinkan.
3. Luka harus dikaji setelah operasi, dan kemudian setiap hari selama masa   pascaoperasi sampai ibu diperbolehkan pulang atau dirujuk
4. Luka mengeluarkan eksudat cair atau tembus ke pakaian, pembalutan luka harus diulang, sebab bila tidak luka mungkin terbuka
5. Bila luka perlu dibalut ulang, balutan yang digunakan harus yang sesuai dan tidak lengket.
6. Bula luka perlu dibersihkan dan dibalut ulang, prosedur tersebut harus dilakukan dengan teknik bersih, dengan larutan salin minirmal yang hangat atau dengan air keran dan balutan yang sesuai
7. Bila luka tampak terinfeksi, perlu dilakukan apusan dan rujukan, teknik pembalutan aseptif harus digunakan dengan air atau salin normal dan balutan yang sesuai. Pengkajian dilakukan sesuai saran dari dokter obstrektik.
1.6. Penatalaksanaan pasien pasca operasi
Menurut Cunningham (2006) penatalaksanaan untuk klien post sectio caesarea meliputi :
1)            Analgesik          
Untuk wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat suntik 75 mg meperidin IM setiap 3 jam sekali bila perlu untuk mengatasi rasa sakit atau dapat disuntikan dengan cara serupa 10-15 mg morfin sulfat. Obat-obatan antiemetik, misalnya prometasin 25 mg biasanya diberikan bersama-sama dengan pemberian preparat narkotik
2)      Tanda-tanda vital
Setelah dipindahkan ke ruang rawat, maka tanda-tanda vital pasien harus di evaluasi setiap 4 jam sekali. Jumlah urin dan jumlah darah yang hilang serta keadaan fundus uteri harus diperiksa, adanya abnormalitas harus dilaporkan.Selain itu suhu juga perlu diukur.
3)      Terapi cairan dan diet
Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan, termasuk Ringer Laktat, terbukti sudah cukup selama pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya. Meskipun demikian, jika output urin di bawah 30 ml perjam, pasien harus dievaluasi kembali. Bila tidak ada manipulasi intra abdomen yang ekstensif atau sepsis, pasien seharusnya sudah dapat menerima cairan per oral satu hati setelah pembedahan.Jika tidak, pemberian infus boleh diteruskan.Paling lambat pada hari kedua setelah operasi, sebagian besar pasien sudah dapat menerima makanan biasa.  
4)      Vesika urinaria dan usus
Kateter sudah dapat dilepas dari vesika urinaria setelah 12 sampai 24 jam post operasi. Kemampuan mengosongkan urinaria harus dipantau sebelum terjadi distensi. Gejala kembung dan nyeri akibat inkoordinasi gerak usus dapat menjadi gangguan pada hari ke-2 dan ke-3 post operasi. Pemberian supositoria rectal akan diikuti dengan defekasi atau jika gagal, pemberian enema dapat meringankan keluhan pasien.   
5)      Ambulasi
Pada hari pertama post operasi, pasien dengan bantuan perawat dapat bangun dari tempat tidur sebentar sekurang-kurangnya sebanyak 2 kali. Ambulasi dapat ditentuka waktunya sedemikian rupa sehingga preparat analgesik yang baru saja diberikan akan mengurangi rasa nyeri. Pada hari kedua, pasien dapat berjalan ke kamar mandi dengan pertolongan.Dengan ambulasi dini, trombosit vena dan emboli pulmoner jarang terjadi.
6)      Perawatan luka
Luka insisi diinspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang relative ringan tampak banyak plester sangat menguntungkan.Secara normal jahitan kulit diangkat pada hari ke empat setelah pembedahan.Paling lambat pada hari ke tiga post partum, pasien sudah dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi.
      7)       Laboratorium
Secara rutin Ht diukur pada pagi hari setelah operasi, Ht harus segera dicek kembali bila terdapat kehilangan darah atau bila terdapat oliguri atau keadaan lain yang menunjukan hipovolemia. Jika Ht stabil, pasien dapat melakukan ambulasi tanpa kesulitan apapun dan kemungkinan kecil jika terjadi kehilangan darah lebih lanjut.
1.7. Komplikasi dan penanganan pada kasus bedah
Semua jenis operasi, baik yang sederhana maupun rumit, dapat menyebabkan komplikasi pasca bedah karena berbagai alasan, terkontrol atau tidak. Walaupun ada yang hanya bersifat sementara dan tidak berbahaya, namun komplikasi lain dapat bersifat serius dan membahayakan nyawa. Resiko komplikasi ini perlu dipertimbangkan sebelum pembedahan, saat pembedahan, dan setelah pembedahan. Prosedur penanganan komplikasi pasca bedah juga sudah harus dipersiapkan untuk keamanan pasien.
Kemungkinan terjadinya komplikasi pasca bedah ditentukan oleh beberapa faktor, termasuk jenis operasi yang dilakukan, kondisi pasien sebelum operasi, apakah pasien dirawat jalan atau rawat inap, dan sebagainya. Beberapa komplikasi yang paling umum terjadi akibat pembedahan dan obat bius adalah:
  1. Terbentuknya abses
  2. Kebingungan akut atau delirium
  3. Reaksi alergi
  4. Atelektasi basal atau kolaps/malfungsi paru
  5. Kehilangan darah
  6. Penyumbatan pencernaan (seringkali karena adhesi sel) atau terganggunya sistem pencernaan
  7. Komplikasi kardiovaskular (misalnya disritmia, infarksi, dan cedera iskemik)
  8. Trombosis vena dalam (TVD) atau emboli paru
  9. Luka tidak sembuh dengan baik (karena komplikasi)
  10. Hematoma atau memar
  11. Berkurangnya produksi urin dan tubuh tidak mendapatkan pengganti cairan yang cukup
  12. Mual dan muntah
  13. Pneumonia
  14. Demam pasca operasi
  15. Dekubitus atau luka tekan
  16. Pendarahan primer (dapat terjadi selama atau setelah pembedahan karena meningkatnya tekanan darah)
  17. Cedera bedah karena kerusakan jaringan yang tak dapat dihindari, misalnya pada saraf di sekitar area bedah
  18. Infeksi luka atau pecahnya luka (jahitan bedah terlepas)

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi dalam beberapa minggu atau bulan setelah pembedahan adalah keloid, hernia di tempat sayatan bedah, radang sinus yang susah hilang, dan kambuhnya penyebab bedah (misalnya pada kasus kanker atau penyebaran kanker).
Siapa yang Perlu Menjalani Penanganan Komplikasi Pasca Bedah dan Hasil yang Diharapkan
Perawatan pasca bedah akan diberikan pada semua pasien yang menjalani pembedahan, baik operasi rawat jalan kecil atau operasi besar yang dilakukan di ruang operasi. Bahkan, proses perawatan ini sudah dilakukan sebelum pembedahan, yaitu dengan mempersiapkan pasien dan memberikan konseling. Perawatan sebelum bedah meliputi pemeriksaan kesehatan, identifikasi faktor resiko, dan memberikan informasi jelas tentang prosedur serta pemulihan jangka pendek dan panjang. Perawatan sebelum dan sesudah bedah biasanya akan saling melengkapi.
Saat ini, terdapat protokol untuk mencegah komplikasi pasca bedah. Langkah pencegahan dasar meliputi pengaturan berat badan dan pola makan, intervensi untuk resiko kehilangan darah, persiapan teknis yang baik (misalnya jenis sayatan, teknik, drainase, dan sebagainya), intervensi kebocoran anastomosis, dan pencegahan dengan antibiotik. Melalui proses ini, pasien dan ahli kesehatan dapat saling bekerjasama untuk memastikan keberhasilan operasi serta lancarnya proses pemulihan.
Cara Kerja Penanganan Komplikasi Pasca Bedah
Penanganan komplikasi pasca bedah dapat dibedakan menjadi masa penanganan langsung dan tertunda. Pada penanganan langsung, prosedur di bawah ini biasanya akan langsung dilakukan setelah pembedahan:
  1. Penanganan nyeri – Dokter akan meredakan nyeri pasien dengan memberikan obat pereda nyeri oral atau intravena, obat penenang, antibiotik, antikoagulan, dan antiemetik.
  2. Perawatan luka – Bekas sayatan dan penutup luka akan terus diperiksa untuk mencari tanda-tanda infeksi.
  3. Pengawasan – Tekanan darah dan denyut jantung pasien akan diawasi secara rutin. Cairan yang masuk dan keluar tubuh pasien juga akan diperhatikan, begitu juga jumlah sel darah dan elektrolit untuk pengganti cairan. Sistem pernapasan dan suhu tubuh juga akan diperiksa. Perawat juga akan memeriksa apakah terjadi gangguan pencernaan, edema kaki, bercak merah abnormal, dan nyeri (TVD).
  4. Mobilisasi – Mobilisasi dini akan selalu dianjurkan setelah operasi. Pasien sebaiknya sebisa mungkin bergerak, mengambil napas dalam, latihan menguatkan otot, dan menggunakan alat bantu berjalan, jika diperlukan.
  5. Komunikasi – Pasien akan terus diberitahu mengenai perkembangan kondisi mereka dan diyakinkan akan adanya penanganan pasca bedah.

Tergantung pada jenis komplikasi dan kapan komplikasi terdeteksi, dokter dapat melakukan berbagai penanganan. Sebagai contoh, pneumonia diobati dengan antibiotik dan 
fisioterapi, sedangkan masalah kardiovaskular akan ditangani dengan obat-obatan atau operasi tambahan. Pendarahan akan ditangani dengan transfusi darah, infeksi luka dengan antibiotik topikal atau oral, dan pecahnya luka dengan analgesik atau penjahitan ulang. Pasien harus terus diawasi agar komplikasi dapat terdeteksi sejak dini dan segera ditangani dengan baik.
Setelah pasien diperbolehkan pulang dari rumah sakit, perawatan pasca bedah dapat terus berlanjut. Pasien (atau keluarga pasien) akan diberi riwayat diagnosis, rangkuman prosedur medis, dan instruksi, misalnya untuk obat atau terapi tambahan. Informasi untuk konsultasi lanjutan akan dicantumkan di surat pulang pasien.
Kemungkinan Komplikasi dan Resiko Penanganan Komplikasi Pasca Bedah
Semua prosedur bedah memiliki resiko dan komplikasi tertentu, sehingga penanganan komplikasi pasca bedah menjadi hal yang sangat penting. Penanganan ini merupakan proses rutin yang dilakukan oleh dokter bedah, dokter, dan perawat untuk menjaga keamanan, kesehatan, dan kondisi pasien. Prosedur ini harus dilakukan oleh ahli kesehatan berpengalaman agar komplikasi pasca bedah dapat dicegah dan ditangani dengan baik bila terjadi. 
1.8.Pendokumenasian Pada Kasus Pasca Bedah

  Dokumentasi Post Operasi
Tujuan utama dari awal periode post operasi adalah membantu klien kembali dalam kondisi normal, secara sepat, aman dan senyaman mungkin. Informasi tentang perkembangan yang diharapkan dari keadaan pada masa post anasthesi dan post operasi harus dimasukkan ke dalam catatan permanan klien, selanjutnya kunci jangkauan dokumentasi selama periode post operasi antara lain :
1.        Fungsi respiratory
2.        Status cardiovaskuler
3.        Kembalinya fungsi neurologic
4.        Pengakuan dan manajemen komplikasi
5.        Kebutuhan psikososial / respon
6.        Keamanan dan keselamatan
7.        Keseimbangan cairan
8.        Penyembuhan luka dan pencegahan infeksi
9.        Tingkat aktivitas
Yang harus di dokumentasikan termasuk kegiatan pengkajian, doagnosa baru / diagnose yang divalidasikan atau dikoreksi kembali, rencana perawatan saat ini, rumusan tujuan atau hasil akhir yang diharapkan intervensi dan evaluasi respon klien. Perawatan harus menyadaridan memahami hal-hal yang umum terjadi pada post operasi, komplikasi dan situasi resiko tinggi yang perlu dilakukan pencatatan secara teliti, mendalam dan detail.                    
  Transfer Assessment
Untuk mempermudah antar pelaksanaan perawatan di ruang operasi, di unit perawatan  post anastesi dan unit perawatan post operasi, maka perawat yang berada pada ruangan ersebut harus dapat mengidentifikasikan dan melakukan pencatatan data-data berikut ini :
  Berhubungan dengan riwayat (jantung, pernapasan, pengobatan )
  Jenis pembedahan/ prosedur/ komplikasi, kejadian tak diduga
  Jenis anatesi (umum, spinal, IV, cara penggunaan)
  Type drainage tube
  Jumlah cairan per IV / hasil darah dalam OR/ Pacu
  Meniotoring / membaca garis tekanan / CVP/ swan gans
  Anasthesi
  Tanda vital, suku
  Pengeluaran
  Status klien dalam Pacu dan pemindahan keunit perawatan
Mestinya semua informasi ini dapat dimasukkan ke dalam pencatatan post anasthesi dimana dapat dnegan mudah dicari kembali bila diperlukan. 
  Pengkajian Utama
Respirasi, sirkulasi dan system neurologi tanda-tanda vital sangat berarti dalam perkembangan anasthesi. System-sistem ini diprioritaskan untuk segera dikaji dalam semua prosedur pembedahan. Berfungsi secara baik dan dapat dipantau dnegan alat-alat pemantauan (arteri line, ICP, CVP) membutuhkan dokumentasi yang akurat berdasarkan pada petunjuk tetap / intruksi dokter. Pengamatan kritis dicatat, pengkajian tambahan perlu dilakukan yang terdiri dari :
1.        Lokasi balutan (warna, jumlah, konsistensi)
2.        Lokasi selang, jalannya (warna, jumlah bau, konsistensi) portensi dan waktu pengosongan)
3.        Interritas kulit, daerah yang rusak / kemerahan , edema bengkak
4.        Saluran cerna, ukuran perut, kekenyalan, penekanan, GT, ostomy, platus pengukuran lingkar perut jika ada indikasi.
5.        Saluran kencing, pengeluaran urine (warna, jumlah, bau) tahanan pengeluaran cateter
6.        Muskuloskletal, traksi, penyanggahan, shek neurovaskuler, kehangatan, nadi warna, pengisian kapiler, sensasi.
7.        Ganggung kateter tetap dan tidak teap
8.        Nyeri, menyatakan lokasi, pemotongan efektivitas dari obat
9.        Kebutuhan psikologi 
Pengkajian lebih rinci pada system tubuh tertentu dibutuhkan, tergantung dari tipe pembedahan contoh : seseorang yang telah di lakukan craniotomy akan memerlukan lebih jauh pengkajian saraf dari pada klien yang dilakukan apendiktomi.

  Diagnosa
Standar keperawatan yang memerlukan dokumentasi untuk diagnose keperawatan yang berdasarkan pada pengkajian inisial data.

Diagnosa
Tujuan yang diharapkan
Intervensi
Potensial untuk trauma b.d hilangnya sensasi rasa, persepsi / kesadaran dan efek dari sadatif. Ditandai dengan :
         Klien gelisah
         Bingung
         Belum sembuh dari anastesi
         Nyeri
         Hipoksia
Tidak terjadi trauma selama post operasi pada fase pembedahan
         Pasang pengaman
         Pengekangan halus
         Baca pulse oksimeter
         Nyalakan alaram
         Oksigen K/P
         Alat kerja
         Control nyeri
Tidak efektifnya jalan nafas  atau pola nafas b/d post anasthesi, reaksi sedativ dan nyeri insisi ditandai dnegan :
         Nafas buatan
         Oral/ nasal
         Batuk yang tidak efektif
         Sumbatan jalan nafas
         Sianosis
         Perut yang membsar
Jalan nafas bersih pernapasan efektif.
         Hidap lender
         Pola nafas
         Tanda vital
         Suara nafas
         Posisi elevasi
         Batuk efektif
         Baca pulse oximeter
         tingkat kedasaran
Potensial gangguan perfusi jaringan b/d kekurangan cairan perdarahan dan tidak ada pergerakan selama pembedahan ditandai dnegan :
         denyut nadi lambat
         perubahan shu
         lambatnya pengisian kapile
         nyeri
         hilangnya sensasi
         terbatasnya pergerakan
Ganggaun perfusi jaringan tidak terjadi
         hitung denyut nadi
         keadan luka / balutan
         warna kulit / kehangatan
         pergerakan
         beri kompres
         ubah posisi
Nyeri b/d adanya luka insisi ditandai dengan :
         adanya nyeri
         sulit bergerak
         pasien meringis kesakitan
         Bp. HR
Nyeri berkurang
         Beri analgetik, masam dosis, lokasi waktu, efek yang menyenangkan ukuran dn hasil
         Kompres hangat / dingin
         Posisi elevasi
Potensial kekurangan cairan b/d NPO status, ditandai dengan
         Penutuan TD dari TD semula
         Meningkatnya HR
         Urine sedikit < 32 ml/ hari
         Tidak normalnya perkembangan/ penurunan dari saluran / balutan
         CVP normal / swangans
Keseimbangan caitan terjaga
         Beritahu, saat posisi trendelenburg
         Catat efek pengobatan darah, hasil darah, jumlah cairan
         Lab, hasil tes
Potensi infeksi b/d penekanan pada kulit, ditandai dengan :
         Berubah kaulitas warna, secret meningkatnya suhu
         Meradang
         Emningkatnya keukosit darah
         Techykardi
Infeksi post operasi tidak terjadi
         Benuk / jumlah cairan, drainage, secret
         Rubah posisi / ambulasi
         Ganti balutan steril
         Ukuran suhu 4 jam sekali kultur / darah

Semua diagnose keperawatan didokumentasikan dari indikasi kritis juga semua aktivitas perawatan bersamaan dengan evaluasi tujuan. Pengkajian lebih lanjut psa perioperatif tediri dari :
1.        Status kardiovaskuler, tanda vital, ekg monitoring, CVP swans gans
2.        Status pernapasan, warna kulit, kuku, pols, suara paru, karakteristik pernapasan
3.        Status neurologis, neurovaskuler, pupil, motorik/sensorik, tingkat kesadaran
4.        Pembuangan, draun, urine posisi drain
5.        Nyeri, kualitas, lokasi
6.        Cairan IV/Bloos, volume, type, waktu lokasi
7.        Pengobatan
8.        Posisi/perubaha posisi
9.        Batuk dan dalamnya perpanasan, kemampuan bentuk produktif, jumlah konsistensi, warna secret
10.    Pungent
11.    Komplikasi, evaluasi dan management yang sama

  Dokumentasi Post Anasthesi
Sesuai  dengan PACU perawat harus mendokumentasikan perubahan klien ke arah baik. Conothnya klien dengan inubasi yang pindah ke ICU dengan special monitoring, atau klien yang hanya kesadarannya menurun harus mempunyai fakta dokumentasi yang disesuaikan dengan keadaan. Bila klien tidak ada indikasi untuk Pacu meeka tidak padat post anasthesi observasi tetap didokumentasikan.
Setelah perawata post anasthesi observasi tetap didokumentasikan :
1.        Keadaan balutan (kering, berubah, lepas, keutuhan)
2.        Luka draun (warna, jumlah, bau, konsistensi, lokasi)
3.        Tanda vital, suhu
4.        Prilaku klien
5.        Irigasi dan cairanyang menunjukkan sebagai refluk
6.        Keadaan kulit
7.        Tolerasi nyeri
8.        Pemasukan / pengeluaran
9.        IV, cairan, lokasi, jangka waktu
10.    Pemberian obat pada pacu
11.    Pengkajian khusus/ akibat
12.    Tinjauan kejadian luar biasa dipacu
13.    Diagnose keperawatan yang aktif pada saat klien keluar dari pacu
14.    Hubungan dnegan orang-orang
15.    Tanda tangan.






BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Anastesi dibagi menjadi dua kelas, yaitu: Anastesi yang menghambat sensasi diseluruh tubuh (anastesia umum) dan yang menghambat sensasi disebagian tubuh (lokal,regional,epidural atau anastesia spinal). Persiapan pre operasi meliputi peran bidan di kamar operasi, Persiapan fisik untuk bedah efektif, pelaksanaan konsultasi dokter obstetri gynekologi dan dokter anesthesi, pre-medikasi, persiapan kulit, perawatan kandung kemih dan usus, stoking kompresi, mengidentifikasi dan melepas protesis, dokumentasi, perawatan intra operatif, asuhan pasca operasi, observasi pasca operatif, asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan SC, peran dan tanggung jawab bidan, latihan nafas dalam dan batuk pada pra-operasi, latihan kaki, persiapan kulit untuk pembedahan, merawat luka, memasang dower kateter. Perawatan Pasca Operasi adalah setelah tindakan pembedahan (pasca bedah), beberapa hal yang perlu dikaji di antaranya adalah status kesadaran, kualitas jalan nafas, sirkulasi dan perubahan tanda vital yang lain, keseimbangan elektrolit, kardiovaskuler, lokasi daerah pembedahan dan sekitarnya, serta alat yang digunakan dalam pembedahan.

3.2  Saran
Pemahaman terhadap materi tersebut sangat dibutuhkan apabila telah turun lapangan. Karena jika terjadi kesalahan maka dapat berakibat fatal.







DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer Suzanne C, Brenda G Bare.____. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah.Edisi 8. Jakarta:EGC
Eko Nurul, Andriani Sulistiani.2010.KDPK[Keterampilan Dasar Praktik Klinik]Kebidanan.Yogyakarta:Pustaka Rihama
Manuaba Ida Bagus G.1999.Operasi Kebidanan dan Keluarga Berencan Untuk Dokter Umum.Jogjakarta:Nuha Medika
Wiknjosastro, Hanifa.2009. Ilmu Kandungan. Jakarta:PT.Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo


           




Tidak ada komentar:

Posting Komentar