Minggu, 12 November 2017

STRATEGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

STRATEGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
NAMA: SAHYUNI SARI MARBUN
NIM    :  1601031036



BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam praktik kebidanan, pemberian asuhan kebidanan yang berkualitas sangat dibutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan dengan cara bidan membina hubungan, baik sesama rekan sejawat ataupun dengan klien serta keluarganya.
Upaya meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan juga ditentukan oleh keterampilan bidan untuk berkomunikasi secara efektif dan melakukan konseling yang baik kepada klien. Karena melalui komunikasi yang efektif serta konseling yang berhasil, kelangsungan dan kesinambungan penggunaan jasa pelayanan bidan untuk kesehatan wanita selama siklus kehidupan akan tercapai.
Konseling kebidanan adalah suatu proses pembelajaran, pembinaan hubungan baik, pemberian bantuan, dan bentuk kerja sama yang dilakukan secara professional (sesuai dengan bidangnya) oleh bidan kepada klien untuk memecahkan masalah, mengatasi hambatan perkembangan, dan memenuhi kebutuhan klien.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah kami ini yaitu :
1.      Pengertian Strategi Pengambilan Keputusan.
2.      Dasar-dasar pengambilan keputusan.
3.      Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan.
4.      Proses pengambilan keputusan
5.      Jenis-jenis pengambilan kepuusan keputusan.
6.      Metode pengambilan keputusan
7.      Gaya pengambilan Keputusan.


1.3. Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah kami ini adalah:
1.      Untuk Mengetahui Pengertian Strategi Pengambilan Keputusan.
2.      Untuk Mengetahui Dasar-Dasar Pengambilan Keputusan.
3.      Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengambilan Keputusan.
4.      Untuk Mengetahui Proses Pengambilan Keputusan
5.      Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Pengambilan Kepuusan Keputusan.
6.      Untuk Mengetahui Metode Pengambilan Keputusan
7.      Untuk Mengetahui Gaya Pengambilan Keputusan.

1.4. Manfaat penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah kami ini adalah:
1.      Dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai strategi pengambila kepuusan.
Dapat digunakan sebagai refrensi dalam pengambilan keputusan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian pengambilan keputusan
Keputusan merupakan hasil pemecahan dari suatu masalah yang harus dihadapi dengan tegas. Dalam kamus besar ilmu pengetahuan pengambilan keputusan (Decison Making) didefenisikan sebagai pemilihan keputusan atau kebijakan yang didasarkan atas kriteria tertentu. Proses ini meliputi dua alternatif atau lebih karena seandainya hanya terdapat satu altrnatif tidak akan ada satu keputusan yang akan diambil. Menurut J.Reason, pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suau hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pimilihan suatu jalur tindakan diantara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan final.
G.R. Terry mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkn. Sedangkam Claude S. George, Jr mengatakan proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegitan pemikran yang temasuk pertimbangan, penilain dan pemilihan diantara sejumlah alternatif.
Ahli lain yaitu Horold dan Cyril O’Donnell mengatakan pengambilan keputsan adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak da keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat dan P. Siagin mendefinisikan pengambilan keputusan adalah suat pendekatan sistematis terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas alternatif dan tindakan.

Pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk perbuatan berpikir dan hasil dari suatu perbuatan itu disebut keputusan. Pengambilan keputuan dalam Psikologi kognitif difokuskan kepada bagaimana seseorang mengambil keputusan. Dalam kajiannya, berbeda dengan pemecahan masalah yang mana ditandai dengan situasi dimana sebuah tujuan ditetapkan dengan jelas dan dimana pencapaian sebuah sasaran diuraikan menjadi sub tujuan, yang pada saatnya membantu menjelaskan tindakan yang harus dan kapan diambil. pengambilan keputusan juga berbeda dengan penalaran, yang mana ditandai dengan sebuah proses oleh perpindaha seseorang dari apa yang telah mereka ketahui terhadap pengetahuan lebih lanjut.
2.2  Dasar-dasar Pengambilan Keputusan
       Menurut George R.Terry dan Brinckloe disebutkan dasar-dasar pendekatan dari pengambilan keputusan yang dapat digunakan yaitu :
2.2.1        Intuisi
Pengambilan keputusan yang didasarkan atas intuisi atau perasaan memiliki sifat subjektif sehingga mudah terkena pengaruh.Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi ini mengndung beberapa keuntungan dan kelemahan.
Keuntungan
a. waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif lebih pendek
b. untuk masalah yang pengaruhnya terbatas, pengambilan keputusanini akan mmberikan kepuasan pada umumnya
c. kemmpuan mengambil keputusan dari pengambil keputusan itu sangat berpera, dan itu perlu dimanfaatkan dengan baik.


Kelemahan
a. Keputusan yang dihasilkan relatif  kurang baik.
b. Sulit mencari alat pembandingnya, sehingga sulit diukur kebenaran dan kebsahannya.
c. Dasar-dasar lain dalam pengambilan keputusan seringali diabaikan.
2.2.2 Pengalaman
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis, karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat diperhitungkan untung ruginya terhadap keputusan yang akan dihasilkan. Orang yang memiliki banyak pengalaman tentu akan lebih matang dalam membuat keputusan akan tetapi, peristiwa yang lampau tidak sama dengan peristiwa yang terjadi kini.
2.2.3 Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan-keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang dada.
2.2.4 Wewenang
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan
a.       Kebanyakan penerimaannya adalah bawahan, terlepas apakah penerimaan   
tersebut secara sukarela ataukah secara terpaksa.
b.      Keputusannya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama
c.       Memiliki daya autentisitas yang tinggi
Kelemahan
a. Dapat menimbulkan sifat rutinitas
b. Mengasosiasikan dengan praktik diktatorial
c. Sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan sehingga   dapat menimbulkan kekaburan
2.2.5 Logika
            Pengambilan keputusan yang berdasarkan logika ialah suatu studi yang rasional terhadap semuan unsur pada setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan. Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasional, keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan. Pada pengambilan keputusan secara logika terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. kejelasan masalah
b. orientasi tujuan : kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai
c.pengetahuan alternatif : seluruh alternatif diketahui jenisnya dan konsekuensinya
d. preferensi yang jelas : alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria
e. hasil maksimal : pemilihan alternatif terbaik didasarkan atas hasil ekonomis yang maksimal

2.3      Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengambilan Keputusan
            Menurut Terry (1989) faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengambil keputusan sebagai berikut: 
1.      hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional maupun rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan;
2.      setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi;
3.      setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi, perhatikan kepentingan orang lain;
4.      arang sekali ada 1 pilihan yang memuaskan;
5.      pengambilan keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan mental ini kemudian harus diubah menjadi tindakan fisik;
6.      pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang  cukup lama;
7.      diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang baik;
8.      setiap keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui apakah keputusan yang diambil itu betul; dan
9.      setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan berikutnya.

Adapun dalam referensi lain pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor personal.
1.      Kognisi, artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang di miliki. Misalnya ; Kemampuan menalar, memiliki kemampuan berfikir secara logis, dll.
2.      Motif, suatu keadaan tekanan dalam diri individu yang mempengaruhi, memelihara dan mengarahkan prilaku menuju suatu sasaran.
3.      Sikap, Bagaimana keberanian kita dalam mengambil risiko kepututusan, pemilihan suasana emosi dan waktu yang tepat, mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin terjadi.

2.4      Proses pengambilan keputusan
Menurut  Sir Francis Bacon. Proses pengambilan keputusan terdiri dari enam tahap, yaitu :
1.      Merumuskan/mendefinisikan masalah
Suatu usaha untuk mencari permasalahn yang sebenarnya.
2.      Pengumpulan informasi relevan
Pencarian faktor-faktor yang mungkin terjadi sehingga dapat diketahui penyebab timbulnya masalah.
3.      Mencari alternatif tindakan
Pencarian kemungkinan yang dapat tempuh berdasarkan data dan permasalahan yang ada.
4.      Analisis alternative
Penganalisisan setiap alternatif menurut kriteria tertentu yang sifatnya kualitatif atau kuantitatif.
5.       Memilih alternatif terbaik
Pemilihan alternatif terbaik dilakuakan atas kriteria tertentu dan skala prioritas tertentu.
6.      Melaksanakan putusan dan evaluasi hasil

Jadi, proses pengambilan tersruktur atas identifikasi masalah, pengumpulan dan penganalisis data, pembuatan alternatif-alternatif kebijakan, pemilihan salah satu alternatif yang terbaik, pelaksanaan keputusan, pemantauan dan pengevaluasian hasil pelaksanaan.
Menurut Munandar A.S, proses pengambilan keputusan dimulai berdasarkan adanya masalah antara keadaan yang diinginkan dan keadaan yang ada.  Keadaan yang ada biasanya dipengaruhi oleh:
1.      Kebudayaan
2.      Kelompok acuan, perubahan dalam kelompok dapat merubah hal yang diinginkan.
3.      Ciri-ciri keluarga
4.      Status atau harapan financial.
5.      Keputusan-keputusan sebelumnya dapat mempengaruhi masalah.
6.      Perkembangan individu dapat mempengaruhi keadaan yang diinginkan, kematangan seseorang mempengaruhi pilihannya.
7.      Situasi perorangan yang sedang berlangsung saat ini.
2.5      Jenis pengambilan keputusan
1.      Pengambilan keputusan terprogram
Jenis pengambilan keputusan ini mengandung suatu respon otomatik terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Masalah yang bersifat pengulangan dan rutin dapat diselesaikan dengan pengambilan keputusan jenis ini.
Tantangan yang besar bagi seorang analisis adalah mengetahui jenis-jenis pengambilan keputusan ini dan memberi atau menyediakan metode- metode untuk melaksanakan pengambilan keputusan terprogram dimana saja. Agar pengambilan keputusan didefenisikan dan dinyatakan  dengan jelas.
Bila hal ini dilaksanakan, pekerjaan selanjutnya anyalah mengembangkan suatu algoritma untu membuat keputusan rutin dan otomatik. Dalam kebanyakan organisasi tedapat kesempatan- kesempatan untuk melaksanakan penggambilan keputusan terprogram karena banyak keputusan diambil sesuai dengan prosedur pelaksanaa standar yang sifatnya rutin. Akibat pelaksanaan pengambilan keputusan terprogram ini adalah membebaskan majanemen untuk tugas-tugas yang lebih penting. Misalkan: keputusan merujuk pasien kerumah sakit besar dikota, keputusan dalam pengamputasian kaki klien dan lain-lain.
2.      Pengambilan keputusan tidak terprogram
Menunjukkan proses yang berhubungan dengan masalah yang tidak jelas. Dengan kata lain, pengambilan keputusan jenis ini meliputi proses pengambilan keputusan  untuk menjawab masalah-masalah yang kurang didefenisikan. Masalah-masalah ini umunya bersifat kompleks, hanya sedikit parameter-parameter yang diketahui dan kebanyakan parameter yang diketahui bersifat probabilistik. Untuk menjawab masalah ini, dierlukan seluruh bakat dan keahlian dari pengambilan keputusan, ditambah dengan bantuan sistem informasi. Hal ini dimaksud untuk mendapatkan keputusan tdak terrogram dengan baik. Perluasan fasilitas-fasilitas pabrik, penambangan produk baru pengolahan dan pengiklanan kebijaksanaan-kebijaksanaan, manajemen kepegawaian, dan perpaduan semuanya adalah contoh masalah-masalah yang memerlukan keputusan- keputusan yang tidak teprogram. Sangat banyak waktu yang dikorbankan oleh pegawai-pegawai tinggi pemerintahan, pemimpin-pemimpin perusahaan, adminisator sekolah dan manajer organisasi lainnya dalam menawab dan mengatasi konflik. Ukuran keberhasilan mereka dapat dihubungan secara langsung. Misalkan: pengalaman manajer merupakan hal yang sangat penting didalam pengambilan keputusan yang tidak terprogram. Keputusan untuk bergabng dengan perusahaan lain adalah keputusan tidak terstruktur yang jarang terjadi.
2.6  Gaya pengambilan Keputusan
Ada tujuh variabel yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan yaitu:
1.      Pentingnya kualitas keputusan untuk keberhasilan institusi
2.      Derajat informasi yang dimiliki oleh bidan.
3.      Derajat pada masalah yang terstruktur dalam organisasi.
4.      Pentingnya komitmen bawahan dan keterampilan membuat keputusan
5.      Kemungkinan keputusan autokratik dapat diterima
6.      Komitmen bawahan yang kuat terhadap tujuan institusi



BAB III
KESIMPULAN
A.    Kesimpulan
Masalah pengambilan keputusan sangat penting dipelajari karena hal tersebut menjelaskan dengan cara bagaimana para manajer berhasil membuat keputusan strategis dan operasional.  Manajer harus menghadapi beberapa tipe keputusan dan keputusan ini berbeda sesuai dengan jumlah risiko, ketidakpastian, dan ambiguitas dalam suatu lingkungan. Manajer harus memilih salah satu tiga macam pendekatan pengambilan keputusan.
Dari penjelasan yang telah kami paparkan dalam makalah ini dapat kami simpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu tindakan yang sengaja, tidak secara kebetulan dan tidak boleh sembarangan dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi suatu organisasi. Dimana pengambilan keputusan ini ditanggung dan diputuskan oleh pimpinan organisasi yang bersangkutan dan untuk menghasilkan keputusan yang baik itu sangat dibutuhkan informasi yang lengkap mengenai permasalahan, inti masalah, penyelesaian masalah, dan konsekuensi dari keputusan yang diambil.
Selain informasi, dalam penyelesaian masalah pun dibutuhkan perumusan masalah dengan baik. Kemudian dibuatkan alternatif-alternatif keputusan masalah yang disertai dengan konsekuensi positif dan negatif. Jika semua hal itu dapat dikemukakan dan dicari secara tepat, masalah tersebut akan lebih mudah untuk diselesaikan.

B.     Saran
Dalam mengambil keputusan dalam manajemen, kita perlu mempelajari beberapa aspek yang sudah kami susun dalam makalah ini, kita semua pasti tidak menginginkan keputusan yang kita ambil adalah keputusan yang bisa membuat kita menyesal di kemudia hari. Untuk itu dalam makalah ini sangat perlu dan di butuhkan oleh semua orang khususnya mahasiswa yang masih memerlukan ilmu dan pengetahuan dalam mengambil keputusan untuk menentukan kehidupan di masa yang akan datang agar menjadi manusia yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA



PEMBERIAN OBAT/CAIRAN & TEKNIK PEMBERIAN OBAT/CAIRAN


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latarbelakang
Obat merupakan sebuah subastansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya. Seorang perawat yang akan bekerja secara langsung dalam pemenuhan asuhan keperawatan sangat membutuhkan keterampilan dalam tindakan medis berupa pengobatan. Obat merupakan sebuah subastansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya. Seorang perawat yang akan bekerja secaralangsung dalam pemenuhan asuhan keperawatan sangat membutuhkan keterampilan dalam tindakan medis berupa pengobatan.
B. Rumusan masalah
1.            Pentingnya obat dalam kebidanan
2.            Standard dan reaksi obat
3.            Perinsip bemberian obat yang benar
4.            Perhitungan obat
5.            Faktor-faktor yang mempengaruhi dosis obat
6.            Konsep dan teknik cara pemberian obat melalui oral, sublingual dan bukal
7.            Menyiapkan obat dari ampul dan vial
8.            Konsep dan teknik cara pemberian obat melalui selang IV, IC, SC, dan IM
9.            Konsep dan teknik cara pemberian obat secara topical (kulit,mata,telinga,dan hidung)
10.        Konsep dan teknik cara pemberian obat melalui anus/ rectum & vagina
11.        Konsep dan teknik pemberian obat melalui wadah cairan intravena

C. Tujuan penulisan
1.      Untuk membedah tentang cara pemberian obat yang benar
2.      Pemberian obat di tujukan untuk mengurangi penyakit bahkan menghilangkanya


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pentingnya pemberian obat
Obat merupakan Semua zat kimiawi, hewani, nabati, yang dalam dosis layak dapatmenyembuhkan, meringankan, dan mencegah penyakit/ gejalanya, yang diberikan kepada pasien dengan maksud tertentu sesuai dengan guna  obat tersebut. Pemberian obat yang aman dan akurat adalah tanggung jawab penting bagi seorang perawat. Meskipun obat menguntungkan, namun bukan berarti tanpa reaksi yang merugikan. Sebagai seorang perawat harus mengetahui prinsip-prinsip dalam pemberian obat secara aman dan benar.Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah satu tugas perawat yang paling penting.
Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum. Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian integral dari rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat tertentu (dalam bentuk kapsul). Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien sukar makan obat, harus dipertimbangkan. Rencana perawatan harus mencangkup rencana pemberian obat, bergantung pada hasil pengkajian, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan program dokter.

B. Standart Pemberian obat dan reaksi obat
1. Reaksi Obat
Sebagai bahan atau benda asing yang masuk kedalam tubuh obat akan bekerja sesuai proses kimiawi, melalui suatu reaksi obat. Reaksi obat dapat dihitung dalam satuan waktu paruh yakni suatu interval waktu yang diperlukan dalam tubuh untuk proses eliminasi sehingga terjadi pengurangan konsentrasi setengah dari kadar puncak obat dalam tubuh.

Adapun faktor yang mempengaruhi reaksi obat yaitu :
·         Absorbs obat
·         Distribusi obat
·         Metabolisme obat
·         Eksresi sisa

Ada 2 efek obat yakni efek teurapeutik dan efek samping.efek terapeutik adalah obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai kandungan obatnya seperti paliatif ( berefek untuk mengurangi gejala), kuratif ( memiliki efek pengobatan) dan lain-lain. Sedangkan efek samping adalah dampak yang tidak diharapkan, tidak bias diramal, dan bahkan kemungkinan dapat membahayakan seperti adanya alerg, toksisitas ( keracunan), penyakit iatrogenic, kegagalan dalam pengobatan, dan lain-lain.

2. Standart pemberian obat
Dokter, Perawat dan ahli Farmasi menggunakan standar obat untuk memastikan klien menerima obat yang alami dalam dosis yang aman dan efektif. Standar yang diterima masyarakat harus memenuhi kriteria berikut :
a)      Kemurnian. Pabrik harus memenuhi standar kemurnian untuk tipe dan konsentrasi zat lain yang diperbolehkan dalam produksi obat.
b)      Potensi. Konsentrasi obat aktif dalam preparat obat memengaruhi kekuatan atau potensi obat.
c)      Bioavailability. Kemampuan obat untuk lepas dari bentuk dosisnya dan melarut, diabsorbsi , dan diangkut tubuh ketempat kerjanya disebut bioavailability.
d)      Kemanjuran. Pemeriksaan laboratorium yang terinci dapat membantu menentukan efektivitas obat.
e)      Keamanan. Semua obat harus terus dievaluasi untuk menentukan efek samping obat tersebut.

C. Prinsip pemberian Obat yang benar
1.Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.

2.Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.

3.Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !! karena 1 amp ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus tetap hati-hati dan teliti.

4.Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
a.       Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
b.      Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena (perset / perinfus).
c.       Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata.
d.      Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.
e.       Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.

5.Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.

6.Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.


D. Perhitungan Obat
Dosis adalah takaran atau jumlah, dosis obat adalah takaran obat yang bila dikelompokkan bisa dibagi :
1.            Dosis Terapi (Therapeutical Dose), yaitu dosis obat yang dapat digunakan untuk terapi atau pengobatan untuk penyembuhan penyakit.
2.            Dosis Maksimum (Maximalis Dose), yaitu dosis maksimal obat atau batas jumlah obat maksimum yang masih dapat digunakan untuk penyembuhan. Dalam buku buku standar seperti Farmakope atau Ekstra Farmakope Dosis Maksimum (DM) tercantum diperuntukkan orang dewasa
3.            Dosis Lethalis (Lethal Dose), yaitu dosis atau jumlah obat yang dapat mematikan bila dikonsumsi. Bila mencapai dosis ini orang yang mengkonsumsi akan over dosis (OD)

Cara Menghitung Dosis Maksimum Obat Dalam Resepa. DM tercantum berlaku untuk orang dewasa, bila resep mengandung obat yang ber-DM, tanyakan umurnya. Bila ada zat yang bekerja searah, harus dihitung DM searah (dosis ganda). Urutan melihat daftar DM berdasarkan Farmakope Indonesia edisi terakhir (FI. Ed.III, Ekstra Farmakope, FI. Ed.I, Pharm. Internasional, Ph. Ned. Ed. V, CMN dan lain-lain). Setelah diketahui umur pasien, kalau dewasa langsung dihitung, yaitu untuk sekali minum : jumlah dalam satu takaran dibagi dosis sekali dikali 100%. Begitu juga untuk sehari minum : jumlah sehari dibagi dosis sehari dikali 100%. Dosis Maksimum (DM) searah : dihitung untuk sekali dan sehari.

Cara menghitung Dosis Maksimum (DM) untuk oral berdasarkan :
a.       Rumus Young
Untuk umur 1-8 tahun dengan rumus : (n/n + 12) x DM (dewasa) n = umur dalam tahun
b.   Rumus Dilling
Untuk umur di atas 8 tahun dengan rumus : (n/20) x DM n = umur dalam tahun
c.   Rumus Fried
(n/150) x DM n = umur bayi dalam bulan iv).
Bila dalam berat badan
Rumus Clark (Berat badan dalam kilogram) / 70 kg x DM (dewasa)

E. Faktor-faktor yang mempengaruhi dosis obat
              Dosis obat yang diberikan kepada penderita dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor obat, cara pemberian obat tersebut dan penderita. Terutama faktor-faktor penderita seringkali kompleks sekali, karena perbedaan individual terhadap respon obat tidak selalu dapat diperkirakan. Ada kemungkinan ketiga faktor tersebut di bawah ini didapati sekaligus.
1.Faktor Obat:
a.       Sifat fisika : daya larut obat dalam air/lemak, kristal/amorf, dsb.
b.      Sifat kimiawi : asam, basa, garam, ester, garam kompleks, pH, pKa.
c.       Toksisitas : dosis obat berbanding terbalik dengan toksisitasnya.
2.Faktor Cara Pemberian Obat Kepada Penderita:
a.       Oral : dimakan atau diminum
b.      Parenteral : subkutan, intramuskular, intravena, dsb
c.       Rektal, vaginal, uretral
d.      Lokal, topikal
e.       Lain-lain : implantasi, sublingual, intrabukal, dsb
3.Faktor Penderita:
a.       Umur : neonatus, bayi, anak, dewasa, geriatrik
b.      Berat badan : biarpun sama-sama dewasa berat badan dapat berbeda besar
c.       Jenis kelamin : terutama untuk obat golongan hormon
d.      Ras : “slow & fast acetylators”
f. Obesitas : untuk obat-obat tertentu faktor ini harus diperhitungkan
h. Keadaan pato-fisiologi : kelainan pada saluran cerna mempengaruhi absorbsi obat, penyakit hati mempengaruhi metabolisme obat, kelainan pada ginjal mempengaruhi ekskresi obat

Kesalahan dosis/overdosis
1.      Akibat kelebihan dosis:
·         pernapasan akan tertekan/sesak nafas
·         mual-mual/muntah
·         berkurangnya tingkat kesadaran
·         pusing
2.      Penanganan kelebihan dosis sesuai dengan gejala misalnya sesak nafas dengan cara penambahan oksigen.

F. Konsep dan teknik cara pemberian obat melalui oral, sublingual dan bukal.
Pilihan rute pemberian obat bergantung pada kandungan obat dan efek yang diinginkan juga kondisi fisik dan mental klien. Perawat sering terlibat dalam menentukan rute pemberian obat yang terbaik dengan berkolaborasi dengan dokter.
1.      Pemberian Oral
·         Paling mudah dan paling umum digunakan.
·         Obat diberikan melalui mulut dan ditelan.
·         Lebih murah.
2.      Pemberian Sublingual
·         Dirancang supaya, setelah diletakkan di bawah lidah dan kemudian larut, mudah di absorpsi
·         Obat yang diberikan dibawah lidah tidak boleh ditelan
·         Bila ditelan, efek yang diharapkan tidak akan dicapai
·         Klien tidak boleh minum sampai seluruh obat larut.
3.      Pemberian Bukal
·         Rute bukal dilakukan dengan menempatkan obat padat di membrane mukosa pipi sampai obat larut
·         Klien harus diajarkan untuk menempatkan dosis obat secara bergantian di pipi kanan dan kiri supaya mukosa tidak iritasi
·         Klien juga diperingatkan untuk tidak mengunyah atau menelan obat atau minum air bersama obat
·         Obat bukal bereaksi secara local pada mukosa atau secara sistemik ketika obat ditelan dalam saliva.
4.      Keuntungan Pemberian Obat Rute Oral, Bukal, Sublingual
·         Rute ini cocok dan nyaman bagi klien
·         Ekonomis
·         Dapat menimbulkan efek local atau sistemik
·         Jarang membuat klien cemas
5.      Kerugian atau kontraindikasi
·         Rute ini dihindari bila klien mengalami perubahan fungsi saluran cerna, motilitas menurun dan reaksi bedah bagian saluran cerna
·         Beberapa obat dihancurkan oleh sekresi lambung
·         Rute oral dikontraindikasikan pada klien yang tidak mampu menelan (mis, klien yang mengalami gangguan neuromuscular, striktur (penyempitan) esophagus, lesi pada mulut.
·         Obat oral tidak dapat diberikan kepada klien yang terpasang pengisap lambung dan dikontraindikasikan pada klien yang akan menjalani pembedahan atau tes tertentu\
·         Klien tidak sadar atau bingung, sehingga tidak mampu menelan atau mempertahankan dibawah lidah
·         Obat oral dapat mengiritasi lapisan saluran cerna, mengubah warna gigi atau mengecup rasa yang tidak enak.

G. Menyiapkan Obat Dari Ampul dan Vial
1.      Menyiapkan obat dari Ampul
a.       Persiapan alat:
·         Catatan pemberian obat atau kartu obat
·         Ampul obat sesuai resep
·         Spuit dan jarum yang sesuai
·         Kapas alcohol
·         Kasa steril
·         Baki obat
·         Gergaji ampul (jika perlu)
·         Label obat
·         Bak spuit
·         Bengkok
b.      Prosedur pelaksanaan
·         Cuci tangan
·         Siapkan peralatan
·         Priksa label ampul dengan catatan obat atau kartu obat sesuai prinsif “lima benar”
·         Lakukan penghitungan dosis sesuai kebutuhan.
·         Pegang ampul dan turunkan cairan di atas leher ampul dengan cara menjentikan jari tangan pada leher ampul beberapa kali atau dengan cara memutar ampul dengan tangan searah jarum jam.
·         Letakan kasa steril di antara ibu jari tangan anda dengan ampul kemudian patahkan keleher ampul kearah menjauhi anda dan orang disekitar.
·         Buang leher ampul pada tempat khusus
·         Tempatkan ampul pada permukaan yang datar
·         Buka penutup jarum sepuit kemudian masukan jarum kedalam ampul tepat pada bagian tengah ampul.
·         Aspirasi sejumlah cairan dari ampul sesuai dosis yang dibutuhkan.
·         Keluarkan jarum dari ampul, tutup kembali jarum sepuit dengan teknik yang benar.
·         Jika terdapat gelembung  udara pada spuit:
ü  Pegang sepuit secara vertical dengan jarum menghadap ke atas.
ü  Tarik pelunger kebawah dan jentikan spuit dengan jari.
ü  Dorong pelunger perlahan keatas untuk mengeluarkan udara, tetapi jaga agar tidak mengeluarkan larutan.

2.      Menyiapkan obat dari Vial
a.       Persiapan alat:
1.        Catatan pemberian obat atau kartu obat
2.        Vial obat sesuai resep
3.        Spuit dan jarum yang sesuai
4.        Kapas alcohol
5.        Kasa steril
6.        Baki obat
7.        Label obat
8.        Bak spuit
9.        Bengkok
b.      Prosedur pelaksanaan
1.        Cuci tangan
2.        Siapkan peralatan
3.        Periksa label vial dengan catatan obat atau kartu obat sesuai prinsif “lima benar”
4.        Lakukan penghitungan dosis sesuai kebutuhan. Periksa kembali jumlah larutan.
5.        Hitung dosis yang diperlukan. Jika perlu, rotasikan cairan yang ada dalam vial dengan menggunakan tangan agar tercampur sempurna. Tidak boleh mengocok larutan dalam vial karena dapat menyebabkan larutan menjadi berbuih.
6.        Buka segel pada bagian tutup obat tanpa menyentuh bagian karetnya.
7.        Usap bagian karet tersebut dengan kapas alcohol.
8.        Buka tutup jarum.
9.        Masukan udara kedalam sepuit sesuai dengan jumlah obat yang dibutuhkan.
10. Dengan hati-hati, masukan jarum secara tegak lurus tepat ditengah-tengah karet darai vial.
11. Injeksi udara ke dalam vial, jaga agar ujung jarum spuit berada di atas permukaan cairan obat.
12. Aspirasi sejumlah cairan dari ampul sesuai dosis yang dibutuhkan.
13. Keluarkan jarum dari vial, tutup kembali jarum sepuit dengan teknik yang benar.
14.Jika terdapat gelembung  udara pada spuit:
ü  Pegang sepuit secara vertical dengan jarum menghadap ke atas.
ü  Tarik pelunger kebawah dan jentikan spuit dengan jari.
ü  Dorong pelunger perlahan keatas untuk mengeluarkan udara, tetapi jaga agar tidak mengeluarkan larutan.

H. Konsep dan Teknik Cara Pemberian Obat Melalui Selang IV, IC, SC, dan IM
1. Pemberian Obat Intravena melalui selang IV
a. Alat dan bahan
·         Spuit dan jarum sesuai ukuran
·         Obat dalam tempatnya.
·         Selang IV
·         Kapas alcohol
b. Prosedur kerja
·         Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
·         Cuci tangan.
·         Periksa identitas pasien.
·         Ambil obat dan masukan ke dalam spuit sesuai dosis.
·         Cari tempat penyuntikan obat pada slang IV.
·         Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah tempat penyuntikan.
·         Lakukan penyuntikan dengan menusukkan jarum spuit dan masukan obat perlahan ke dalam intravena.
·         Setelah selesai tarik spuit.
·         Lakukan observasi terhadap reaksi obat.
·         Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
·         Catat prosedur yang dilakukan (nama obat, dosis, waktu, dan cara)

2.Pemberian Obat Melalui Intrakutan
Pemberian obat yang dilakukan dengan cara memasukan obat kedalam jaringan kulit yang dilakukan untuk tes alergi terhadap obat yang akan diberikan. Pada umumnya diberikan pada pasien yang akan diberikan obat antibiotik. Pemberian intrakutan pada dasarnya di bawah kulit atau di bawah dermis/epidermis. Secara umum pada daerah lengan tangan dan daerah ventral.
Alat dan Bahan
a.                  Catatan pemberian obat
b.                  Obat dan tempatnya
c.                  Spuit 1 cc/spuit insulin
d.                 Kapas alkohol dalam tempatnya
e.                  Cairan pelarut
f.                   Nak injeksi
g.                  Bengkok
h.                  Perlak dan alasnya
Prosedur kerja
a.              Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b.              Cuci tangan
c.              Bebaskan daerah yang akan dilakukan suntikan .
d.             Pasang perlak/pengalas pada daerah yang akan dilakukan injeksi intrakutan.
e.              Ambil obat yang akan dilakukan tes alergi. Kemudian larutkan/encerkan dengan aquadest  (cairan pelarut), ambil 0,55 cc dan encerkan lagi sampai 1 cc, lalu siapkan pada bak steril (bak injeksi).
f.               Desinfeksi daerah yang akan dilakukan suntikan dengan kapas alcohol.
g.              Tegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan disuntik/diinjeksi.
h.              Lakukan penusukan dengan lubang jarum menghadap keatas membentuk sudut 15-20o terhadap permukaan kulit.
i.                Semprotkan obat hingga terjadi gelombang.
j.                Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan mesase.
k.              Catatan reaksi pemberian.
l.                Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

3.Pemberian Obat Melalui Subkutan
Pemberian obat yang dilakukan dengan suntikan di bawah kulit dapat dilakukan pada daerah lengan atas sebelah luar atau ⅓ bagian dari bahu, pada sebelah lura, daerah dada dan daerah sekitar umbilikus (abdomen). Pemberian obat obat melalui subkutan ini umunya dilkukan dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Pemberian insulin terdapat dua tipe larutan, yaitu jernih dan keruh.
Larutan jernih disebut juga sebgai insulin reaksi cepat. (insulin reguler). Larutan keruh terjadi karena adanya penambahan protein sehingga memperlambat absorpsi obat atau juga termasuk tipe lambat. Oleh karena itu, apabila pemberian insulin dengan campuran kedua bentuk larutan tersebut, perlu diperhatikan cara mencampurnya. Insulin reguler dapat dicampur dengan semua jenis insulin lain, sedangkan insulin lente tidak dapat disampur dengan tipe lain kecuali insulin reguler. Saat pencampuran upayakan dalam mengambil larutan, jarum tidak tidak menyentuh jenis larutan yang dicampur.
Alat dan bahan
a.                  Catatan pemberian obat
b.                  Obat dalam tempatnya
c.                  Spuit insulin
d.                 Kapas alkohol dalam tempatnya
e.                  Cairan pelarut
f.                   Bak injeksi
g.                  Bengkok
Prosedur kerja
a.                  Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b.                  Cuci tangan
c.                  Berdasarkan daerah yang akan dilakukan suntikan. Bebaskan daerah suntikan bila pasien menggunakan pakaian berlengan.
d.                 Ambil obat dalam tempanya sesuai dengan dosis yang akan diberikan. Kemudian, tempatkan pada bak injeksi.
e.                  Desinfeksi dengan kapas alkohol.
f.                   Tegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan dilakukan suntikan subkutan.
g.                  Lakukan penusukan dengan lubang jarum menghadap keatas sudut 45o terhadap permukaan kulit.
h.                  Lakukan spirasi. Bila tidak ada darah, semprotkan obat perlahan hingga habis.
i.                    Tarik spuit dan tahan dengan kapas alkohol. Spuit bekas suntikan dimasukan kedalam bengkok.
j.                    Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
k.                  Catat prosedur pemberian obat dan respons pasien.

4. Pemberian Obat Melalui Intamuskular
Pemberian Obat denagn memasukan obat kedalam jaringan otot. Lokasi penyuntikan pada daerah paha (vastus lateralis), ventrogluteal (pasien harus berbaring miring), dorsogluteal (pasien harus telungkup), dan lengan atas (delroid). Tujuan pemberian obat melalui intra muscular agar absorpsi obat  lebih cepat oleh karena vaskularitas otot.
Alat dan bahan
1.            Catatan pemberian obat
2.            Obat dalam tempatnya
3.            Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran (dewasa: panjang 2,5-3,75 cm); anak: panjang 1,25-2,5cm)
4.            Kapas alcohol dalam tempatnya
5.            Cairan pelarut
6.            Bak injeksi
7.            Bengkok
Prosedur kerja
1.            Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2.            Cuci tangan.
3.            Ambil obat dan masukan ke dalam spuit sesuai dengan dosis, kemudian letakan dalam bak injeksi.
4.            Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan.
5.            Desinfeksi dengan kapas alcohol.
6.            Lakukan penyuntikan.
·         Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara meminta pasien untuk berbaring terlentang dengan lutut sedikit fleksi.
·         Pada ventrogluteal dengan cara meminta pasien miring, telungkup, atau telentang dengan lututdan panggul pada sisi yang akan disuntik dalam keadaan fleksi,
·         Pada dorsogluteal dengan meminta pasien untuk telungkup dengan lutut diputar kearah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fleksi dan diletakan di depan tungkai bawah.
·         Pada deltoid (lengan atas) dengan meminta pasien untuk duduk atau berbaring mendatar dengan lengan atas fleksi.
7.            Lakukan penusukan dengan jarum dengan possisi tegak lurus.
8.            Setelah jarum masuk, lakukan aspirsi spuit bila tidak ada darah semprotkan obat secara perlahan hingga habis.
9.            Setelah selesai ambil spuit dengan menarik spuit dan tekan daerah penyuntikan dengan kapas alcohol , kemudian spuit yang telah digunakan diletakan dibengkok.
10.        Cuci tangan setealh prosedur dilakukan.
11.        Catat prosedur dan reaksi pemberian.

I. Konsep dan Teknik Cara Pemberian Obat Secara Topical (Kulit,Mata,Telinga,Dan Hidung)

1. Pada kulit
Pemberian obat yang dilakukan pada kulit dengan tujuan mempertahankan hidrasi lapisan kulit, melindungi permukaan kulit, atau mengatasi infeksi kulit. Pemberian obat kulit dapat dilakukan dengan banyak preparat, seperti krim, losion, aerosol, sprei, atau bubuk.
Alat dan bahan
a.              Obat dalam tempatnya (losion, krim, aerosol, sprei, dan bubuk)
b.              Kain kasa
c.              Kertas tisu
d.             Balutan
e.              Pengalas
f.               Air sabun dan air hangat
Prosedur kerja
a.                  Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b.                  Cuci tangan.
c.                  Gunakan sarung tangan.
d.                 Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (bila terdapat kulit yang mengeras (kerak)) atau air sabun.
e.                  Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian, seperti mengoleskan, mengompres.
f.                   Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
g.                  Catat prosedur dan respons pasien.
2. Pada Mata
Pemberian obat pada mata dengan memberikan tetes mata atau salep mata. Prosedur ini dapat digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan cara mendilatasi pupil; pengukuran refraksi dengan cara melemahkan otot lensa, juga digunakan untuk menghilangkan iritasi mata, dll.
Alat dan bahan
1.            Obat dalam tempatnya ( tetes steril atau salep )
2.            Plester
3.            Kain kasa
4.            Kertas tisu
5.            Balutan
6.            Sarung tangan
7.            Air hangat kapas pelembap
Prosedur kerja
1.            Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2.            Cuci tangan.
3.            Atur posisi pasien dengan kepala mengadah dan posisi perawat di samping kanan pasien.
4.            Gunakan sarung tangan.
5.            Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembap (atau tisu) dari sudut luar mata kea rah hidung, bila angat kotor basuh dengan air hangat.
6.            Buka mata dengan menekan perlahan bagian bawah menggunakan ibu jari telunjuk ei atas tulang orbita.
7.            Teteskan obat mata di atas sakus konjungtiva sesuai dosis. Minta pasien untuk menutup mata   dengan perlahan ketika menggunakan tetes mata.
Bila menggunakan obat mata jenis salep, pegang aplikator diatas tepi kelopak mata. Kemudian tekan tube hingga obat keluar dan berikan pada kelopak mata bawah. Setelah selesai, anjurkan pasien untuk melihat kebawah. Secara-bergantian, biarkan obat pada kelopak mata bagian atas dan biarkan pasien untuk memejamkan mata dan menggosok kelopak mata.
8.            Tutup mata dengan kasa bila perlu.
9.            Cuci tangan setealh prosedur dilakukan.
10.        Catat prosedur dan respons pasien.
3. Pada Telinga
            Pemberian obat yang dilakukan pada telinga dengan cara memberikan tetes telinga. Obat tetes telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga, khususnya pada telinga tengah (otitis eksterna). Obat yang diberika dapat berupa antibiotic (tetes atau salep).
Alat dan bahan
1.            Obat dalam tempatnya
2.            Penetes
3.            Speculum telinga
4.            Pinset anatomi dalam tempatnya
5.            Plester
6.            Kain kasa
7.            Kertas tisu
8.            Balutan
Prosedur kerja
1.            Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2.            Cuci tangan.
3.            Atur posisi pasien dengan kepala miring ke kanan atau ke kiri sesuai dengan daerah yang akan diobati, upayakan telinga pasien ke atas.
4.            Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke atas atau kebelakang (pada anak).
5.            Bila obat berpua tetes, teteskan obat pada dinding saluran untuk mencegahterhalang oleh gelembung udara dengan jumlah tetesan sesuai dosis.
Bila obat berupa salep, ambil kapas lidi, dan oleskan salep. Kemudian masukan/oleskan pada liang teinga.
6.            Pertahankan posisi kepala selama 2-3 menit.
7.            Tutup telinga dengan dengan balutan dan plester (bila perlu)
8.            Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
9.            Catat prosedur dan respons pasien.
4. Pada Hidung
Pemberian obat pada hidung dengan cara memberikan  tetes hidung. Prosedur ini dilakukan pada inflamasi hisung (rhinitis).
Alat dan bahan
1.            Obat dalam tempatnya
2.            Pipet
3.            Speculum hidung
4.            Pinset anatomi dalam tempatnya
5.            Korentang dalam tempatnya
6.            Plester
7.            Kain kasa
8.            Kertas tisu
9.            Balutan
Prosedur Kerja
1.            Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2.            Cuci tangan.
3.            Atur posisi pasien dengan cara:
a.       Duduk di kursi dengan kepala tengadah kebelakang.
b.      Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur.
c.       Berbaring dengan bantal di bawah bahu dan kepala tengadah ke belakang.
4.            Berikan tetesan obat pada masing-masing lubang hidung (sesuai dosis).
5.            Pertahankan posisi kepala tetap tengadah selama 5 menit.
6.            Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
7.            Catat prosedur dan respons pasien.

J. Konsep dan Teknik Cara Pemberian Obat Melalui Anus/ Rectum & Vagina

1. Pemberian Obat melalui Anus / Rektum
Pemberian obat yang dilakukan melalui anus atau rectum dengan tujuan memberikan efek local dan sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut juga pemberian obat supositorium. Contoh pemberian obat yang memiliki efek local seperti pada obat dulkokal supositoria yang berfungsi secara local untuk meningkatkan defeksi. Contoh efek sistemik adalah pemberian obat aminofilin supositoria dengan fungsi mendilatasi bronchial. Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dinding mukosa rectal yang melewati sfingter anus interna. Kontraindikasi pada pasoen yang mengalami pembedahan rectal.
Alat dan bahan
1.            Obat supositorium dalam tempatnya
2.            Sarung tangan
3.            Kain kasa
4.            Vaselin/pelican/pelumas
5.            Kertas tisu
Prosedur kerja
a.              Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b.              Cuci tangan.
c.              Gunakan sarung tangan.
d.             Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
e.              Olesi ujung obat supositorium dengan pelican.
f.               Minta pasien  mengambil posisi tidur miring (Sims) lalu regangkan bokong dengan tangan kiri. Kemudian masukan supositoria dengan perlahan melalui anus, sfingter interna dan mengenai dinding rectal kurang lebih 10 cm pada orang dewasa, dan kurang lebih 5 cm pada anak/bayi.
g.              Setelah selesai, tarik jaringan dan bersihkan daerah skitar anal dengan tisu.
h.              Anjurkan klien untuk tetap berbaring telentang/miring selama kurang lebih 15 menit.
i.                Kemudian lepaskan sarung tangan dan letakan di bengkok.
j.                Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
k.              Catat prosedur dan respon pasien.
2. Pemberian Obat Melalui Vagina
Pemberin obat yang dilakukan melalui vagina yang tersedia dalam bentuk krim dan supositoria untuk mengobati infeksi local.
Alat dan bahan
a.              Obat dalam tempatnya
b.              Sarung tangan
c.              Kain kasa
d.             Kertas tisu
e.              Kapas sublimat dalam tempatnya
Prosedur kerja
a.              Jelaskan prosefur yang akan dilkukan.
b.              Cuci tangan.
c.              Gunakan sarung tangan.
d.             Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
e.              Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat.
Catatan:
Bila menggunakan obat jenis krim, isi aplikator klim atau ikuti petunjuk yang tertera pada kemasan, regangkan lipatan labia dan masukan aplikator kurang lebih 7,5 cm dan dorong penarik aplikator untuk mengeluarkan obat.Anjurkan pasien tidur dalam posisi dorsal rekumben.
f.               Bila obat jenis supositoria, buka pembungkus dan berikan pelumas pada obat. Regankan labia minora dengan tangan kiri dan masukan obat sepanjang dinding kanal vagiana posterior sampai 7,5-10 cm.
g.              Setelah obat masuk, tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar orifisium dan labila dengan tisu.
h.              Anjurkan untuk tetap pada posisinya selam 10 menit agar obat terabsorpsi.
i.                Cuci tangan setaelah prosedur dilakukan.
j.                Catat prsedur dan respons pasien.

K. Konsep dan Teknik Pemberian Obat Melalui Wadah Cairan Intravena
Tindakan ini merupakan prosedur memberikan obat  dengan menambahkan obat kedalam wadah cairan intra vena. tujuannya untuk meminimalkan efek sampan dan mempertahankan  kadar terapetik obat dalam darah.
Alat dan bahan
1.            Spuit dan jarum sesui ukuran
2.            Obat dalam tempatnya
3.            Wadah cairan (kantung/botol)
4.            Kapas alcohol.
Prosedur kerja
1.            Jelaskan prosedur yang akan dikerjakan.
2.            Cuci tangan.
3.            Periksa identitas pasien dan ambil obat serta masukan kedalam spuit.
4.            Cari tempat untuk menyuntikan obat pada kantung.
5.            Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol dan hentikan aliran cairan.
6.            Lakukan penyuntikan dengan menusukan jarum spuit kedalam kantung /wadah cairan.
7.            Setelah selesai, tarik spuit dan campurkan lautan dengan membolak-balikan kantung cairan dengan seksama dan perlahan.
8.            Atur kecepatan aliran cairan kembali.
9.            Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
10.        Catat prosedur dan kaji respons pasien.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Obat dapat diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi pasien, diantaranya : sub kutan, intra kutan, intra muscular, dan intra vena. Dalam pemberian obat ada hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu indikasi dan kontra indikasi pemberian obat. Sebab ada jenis-jensi obat tertentu yang tidak bereaksi jika diberikan dengan cara yang salah.



B. Saran
Setiap obat merupakan racun yang yang dapat memberikan efek samping yang tidak baik jika kita salah menggunakannya. Hal ini tentunya dapat menimbulkan kerugian bahkan akibatnya bisa fatal. Oleh karena itu, kita sebagai perawat kiranya harus melaksanakan tugas kita dengan sebaik-baiknya tanpa menimbulkan masalah-masalah yang dapat merugikan diri kita sendiri maupun orang lain



DAFTAR PUSTAKA
Kee, Joyce L. 1996. Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta. EGC
Joonoes, Nanizar Zaman. Ars Prescribendi Resep Yang Rasional. Surabaya: Airlangga University Press
http://kangdedis.multiply.com/journal/item/4?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem

http://zianarmie.wordpress.com/2011/02/09/pemberian-obat/