Kamis, 04 Oktober 2018

Proses dan Praktik KIP/K dalam Pelayanan Kebidanan


Pengertian KIP/K

           Komunikasi Interpersonal adalah interaksi orang ke orang, dua arah, verbal dan non verbal. Saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antar individu di dalam kelompok kecil.
Konseling kebidanan  adalah pertolongan dalam bentuk wawancara yang menuntut adanya komunikasi interaksi yang mendalam, dan usaha bersama bidan dengan pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan, ataupun perubahan tingkah laku atau sikap dalam ruang lingkup pelayanan kebidanan.
Konselor adalah orang yang memberi nasehat, memberi arahan kepada orang lain (klien) untuk memecahkan masalahnya. Sedangkan konseli adalah orang yang mencari (membutuhkan) advis atau nasehat.
           Tujuan Konseling meliputi mencapai kesehatan psikologi yang positif; memecahkan masalah meningkatkan efektifitas pribadi individu; membantu perubahan pada diri individu yang bersangkutan; membantu mengambil keputusan secara tepat dan cermat; adanya perubahan prilaku dari yang tidak menguntungkan menjadi menguntungkan.

Hal-hal yang harus diperhatikan bidan sebagai konselor adalah  (1) membentuk kesiapan konseling, (2) memperoleh informasi, (3) evaluasi psikodiagnostik.

(1) Kesiapan Konseling
Faktor yang mempengaruhi kesiapan konseling adalah motivasi memperoleh bantuan, pengetahuan klien tentang konseling, kecakapan intelektual, tingkat tilikan terhadap masalah, dan harapan terhadap peran konselor.

Hambatan dalam persiapan konseling: (1) penolakan, (2) situasi fisik, (3) pengalaman konseling yang tidak menyenangkan, (4) pemahaman konseling kurang, (5) pendekatan kurang, (6) iklim penerimaan pada konseling kurang.

Penyiapan klien
(a) Orientasi pra konseling; (b) teknik survey terhadap masalah klien;(c)  memberikan informasi pada klien; (d) pembicaraan dengan berbagai topik; (e) menghubungi sumber-sumber referal.

(2) Memperoleh Riwayat Kasus
Riwayat kasus merupakan kumpulan informasi ssistematis tentang kehidupan sekarang dan masa lalu. Riwayat kasus kebidanan, biasanya tercatat dalam rekam medis.

(3) Psikodiagnostik
Psikodiagnostik meliputi pernyataan masalah klien, perkiraan sebsb-sebab kesulitan; kemungkinan teknik konseling; perkiraan hasil konseling.



Langkah-Langkah Konseling
Langkah-langkah konseling terbagi menjadi tiga bagian yaitu :
(a) Pendahuluan
Merupakan kegiatan untuk menciptakan kontak, melengkapi data klien untuk merumuskan penyebab masalah dan menentukan jalan keluar.
(b) Bagian Inti/ Pokok
Bagian ini mencakup kegiatan mencari jalan keluar, memilih salah satu jalan keluar dan melaksanakan jalankeluar tersebut.
(c) Bagian Akhir
Merupakan kegaitan akhir dari konseling yang meliputi penyompulan dari seluruh aspek kegiatan. Langkah ini merupakan langkah penutupan dari pertemuan dan penetapan untuk pertemuan berikutnya.
Tujuan/ harapan dari pelayanan konseling yang telah dilakukan adalah :
(a) Peningkatan kemampuan klien dalam upaya mengenal masalah, merumuskan alternatif pemecahan masalah, dan manilai hasil tindakan secara tepat dan cermat. (b) Klien memeiliki pengalaman dalam menghadapi masalah dan pelaksanaan pemecahan masalah kesehatan. (c) Adanya kemandirian dalam pemecahan masalah.

Perbedaan Konseling dengan Nasehat
Nasehat
Memberitahukan klien apa yang sebaiknya klien lakukan, menghakimi perilakunya di masa lalu dan sekarang.
Konseling
Memberikan fakta-fakta sehingga klien dapat membuat keputusan, membuat klien bertanya dan mendiskusikan masalah pribadinya.

Proses Konseling
Hubungan antara konselor dan klien adalah inti proses konseling. Proses konseling meliputi :
1)    Pembinaan dan pemantapan hubungan baik (rapport)
“En rapport” mempunyai makna saling memahami dan mengenal tujuan bersama. Tujuannya adalah menjembatani hubungan antara konselor dengan klien, sikap penerimaan dan minat yang mendalam terhadap klien dan masalahnya. Beberapa teknik untuk menguasai rapport adalah memberikan salam; memperkenalkan diri; topik pembicaraan yangs sesuai; menciptakan suasanan yang aman dan nyaman; sikap hangat, realisasi tujuan bersama, menjamin kerahasiaan, kesadaran terhadap hakekat klien.

2)    Pengumpulan dan pemberian informasi
Pengumpulan dan pemberian informasi merupakan tugas dari konselor. Hal ini dapat dilakukan dengan cara: mendengar keluhan klien, mengamati komunikasi non verbal klien, bertanya riwayat kesehatan, latar belakang keluarga, masalah, memberikan penjelasan masalah yang dihadapinya.

3)    Perencanaan, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
Apabila data telah lengkap, maka bidan membantu klien untuk memecahkan masalah atau membuat perencanaan dalam pemecahan masalahnya. Tahapan dalam memecahkan masalah adalah: menjajagi masalah (menetapkan masalah yang dihadapi klien); memahami masalah (mempertegas masalah yang sesungguhnya); membatasi masalah (menetapkan batas-batas masalah); menjabarkan alternatif pemecahan masalah; mengevaluasi alternatif (menilai setiap alternatif dg analisis SWOT); memilih alternatif terbaik; menerapkan alternatif dan menindaklanjuti pertemuan.

Sumber :
Tyastuti, dkk., 2008, Komunikasi & Konseling Dalam Praktik Kebidanan, Yogyakarta: Fitramaya.


Jumat, 28 September 2018

TINGKAT PELAYANAN KESEHATAN MENURUT LEAVEL DAN CLARK


BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Pengertian pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum kejadian. Dalam mengambil langkah-langkah pencegahan, haruslah didasarkan pada data atau keterangan yang bersumber dari hasil analisis dari epidemiologi. Pencegahan penyakit  berkembang secara terus menerus dan pencegahan tidak hanya ditujukan pada penyakit infeksi saja, tetapi pencegahan penyakit non-infeksi, seperti yang dianjurkan oleh James Lind yaitu makanan sayur dan buah segar untuk mencegah penyakit scorbut. Bahkan pada saat ini pencegahan dilakukan pada fenomena non-penyakit seperti pencegahan terhadap \ledakan penduduk dengan keluarga berencana.
Upaya preventif/pencegahan adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi berasal dari bahasa latin, praevenire, yang artinya datang sebelum atau antisipasi, atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas, prevensi diartikan sbegai upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya ganggguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat. (Notosoedirdjo dan Latipun, 2005 : 145).
Usaha pencegahan penyakit secara umum dikenal berbagai strategi pelaksanaan yang tergantung pada jenis, sasaran serta tingkat pencegahan. Dalam strategi penerapan ilmu kesehatan masyarakat dengan prinsip tingkat pencegahan seperti tersebut di atas, sasaran kegiatan diutamakan pada peningkatan derajat kesehatan individu dan masyarakat,  perlindungan terhadap ancaman dan gangguan kesehatan, penanganan dan pengurangan gangguan serta masalah kesehatan, serta usaha rehabilisasi lingkungan.
 Tujuan pencegahan penyakit adalah menghalangi perkembangan penyakit dan kesakitan sebelum sempat berlanjut. Sehingga diharapkan upaya pencegahan penyakit ini mampu menyelesaikan masalah kesehatan di masyarakat dan menghasilkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

1.2     Rumusan Masalah
Rumusan masalahnya adalah menjelaskan tentang konsep pencegahan penyakit.
1.3    Tujuan
Berdasarkan permasalahan maka tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan mengenai konsep pencegahan penyakit dan memahami tingkatan pencegahan serta memahami bagaimana cara dan upaya pencegahan penyakit.
2.1  Pengertian Pencegahan
Pencegahan Penyakit adalah upaya untuk menghambat perkembangan penyakit, memperlambat kemajuan penyakit dan melindungi tubuh dari pengaruh agen penyakit yang membahayakan  tubuh. Pada praktiknya, pencegahan penyakit mengarahkan sejumlah kegiatan untuk melindungi manusia dari ancaman kesehatan potensial.
Pencegahan penyakit dapat dilakukan pada saat sebelumsakit dan saat sakit. Pencegahan sebelum sakit bermanfaat untuk mempertinggi nilai kesehatan (Health promotion) dan memberikan perlindungan khusus terhadap sesuatu penyakit (Specific protection). Sedangkan pencegahan pada saat sakit dapat dapatmengenal dan mengetahui jenis pada tingkat awal,serta mengadakan pengobatan yang tepat dan segera, pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan kemampuan bekerja yang diakibatkan sesuatu penyakit (Asmadi, 2008)
Menurut Leavel dan Clark yang disebut pencegahan adalah segala kegiatan yang dilakukan baik langsung maupun tidak langsung untuk mencegah suatu masalah kesehatan atau penyakit. Pencegahan berhubungan dengan masalah kesehatan atau penyakit yang spesifik dan meliputi perilaku menghindar (Romauli, 2009, p.134).

2.2  Tingkat Pencegahan Penyakit (Level of Prevention)
Pencegahan merupakan mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum kejadian.pencegahan penyakit secara umum ada 4 tingkatan, yaitu :
  1. Pencegahan tingkat dasar (Primordial)\
   Pencegahan tingkat dasar merupakan usaha mencegah terjadinya risiko atau mempertahankan keadaan risiko rendah dalam masyarakat terhadap penyakit secara umum.
 Tujuan primordial prevention ini adalah untuk menghindari terbentuknya pola hidup social-ekonomi dan cultural yang mendorong peningkatan risiko penyakit . upaya ini terutama sesuai untuk ditujukan kepada masalah penyakit tidak menular yang  dewasa ini cenderung menunjukan peningkatannya.
Pencegahan ini meliputi usaha memelihara dan mempertahankan kebiasaan atau pola hidup yang su\dah ada dalam masyarakat yang dapat mencegah meningkatnya risiko terhadap penyakit dengan melestarikan pola atau kebiasaan hidup sehat yang dapat mencegah atau mengurangi tingkat risiko terhadap penyakit tertentu atau terhadap berbagai penyakit secara umum. Contohnya seperti memelihara cara makan, kebiasaan berolahraga, dan kebiasaan lainnya dalam usaha mempertahankan tingkat risiko yang rendah terhadap berbagai penyakit tidak menular.
Selain itu pencegahan tingkat dasar ini dapat dilakukan dengan usaha mencegah timbulnya kebiasaan baru dalam masyarakat atau mencegah generasi yang sedang tumbuh untuk tidak melakukan kebiasaan hidup yang dapat menimbulkan risiko terhadap berbagai penyakit seperti kebiasaan merokok, minum alkhohol dan sebagainya. Sasaran pencegahan tingkat dasar ini terutama kelompok masyarakat usia muda dan remaja dengan tidak mengabaikan orang dewasa dan kelompok manula. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pencegahan awal ini diarahkan kepada mempertahankan kondisi dasar atau status kesehatan masyarakat yang bersifat positif yang dapat mengurangi kemungkinan suatu penyakit atau factor risiko dapat berkembang atau memberikan efek patologis. Factor-faktor itu tampaknya banyak bersifat social atau berhubungan dengan gaya hidup atau pola makan. Upaya awal terhadap tingkat pencegahan primordial ini merupakan upaya mempertahankan kondisi kesehatan yang positif yang dapat melindungi masyarakat dari gangguan kondisi kesehatan yang sudah baik.
Dari uraian diatas dapat dimengerti bahwa usaha pencegahan primordial ini sering kali disadari pentingnya apabila sudah terlambat. Oleh karena itu, epidemiologi sangat penting dalam upaya pencegahan penyakit.
Contoh : upaya primordial dari penyakit jantung koroner dapat berupa kebijaksanaan nasional nutrisi dalam sektor agrokultur, industri makanan, impor dan ekspor makanan, promosi aktivitas fisik/olahraga. contoh lain adalah adanya peraturan dilarang merokok pada wilayah-wilayah tertentu. dilapangan, pencegahan primordial yang efektif itu memerlukan adanya peraturan yang ketat dari pemerintah.

  1. Pencegahan tingkat pertama (Primer)
 Pencega\han tingkat pertama merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit (Eko budiarto, 2001). Pencegahan tingkat pertama (primary prevention) dilakukan dengan dua cara : (1) menjauhkan agen agar tidak dapat kontak atau memapar penjamu, dan (2) menurunkan kepekaan penjamu. Intervensi ini dilakukan sebelum perubahan patologis terjadi (fase prepatogenesis). Jika suatu penyakit lolos dari pencegahan primordial, maka giliran pencegahan tingkat pertama ini digalakan. Kalau lolos dari upaya maka penyakit itu akan segera dapat timbul yang secara epidemiologi tercipta sebagai suatu penyakit yang endemis atau yang lebih berbahaya kalau tumbuldalam bentuk KLB.
Pencegahan tingkat pertama merupakan suatu usaha pencegahan penyakit melalui usaha-usaha mengatasi atau mengontrol faktor-faktor risiko dengan sasaran utamanya orang sehat melalui usaha peningkatan derajat kesehatan secara umum (promosi kesehatan) serta usaha pencegahan khusus terhadap penyakit tertentu. Tujuan pencegahan tingkat pertama adalah mencegah agar penyakit tidak terjadi dengan mengendalikan agent dan faktor determinan. Pencegahan tingkat pertama ini didasarkan pada hubungan interaksi antara pejamu (host), penyebab (agent atau pemapar), lingkungan (environtment) dan proses kejadian penyakit.
Pejamu (host)                    :
perbaikan status gizi, status kesehatan dan pemberian imunisasi.
Penyebab (agent)               :
menurunkan pengaruh serendah mungkin seperti dengan  penggunaan desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi, penyemprotan insektisida yang dapat memutus rantai penularan.
Lingkungan (environment):
perbaikan lingkungan fisik yaitu dengan perbaikan air bersih, sanaitasi lingkungan dan perumahan.
Usaha pencegahan penyakit tingkat pertama secara garis besarnya dapat dibagi dalam usaha peningkatan derajat kesehatan dan usaha pencegahan khusus. Usaha peningkatan derajat kesehatan (health promotion) atau pencegahan u\mum yakni meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan masyarakat secara optimal, mengurangi peranan penyebab dan derajat risiko serta meningkatkan lingkungan yang sehat secara optimal. contohnya makan makanan bergizi seimbang, berperilaku sehat, meningkatkan kualitas lingkungan untuk mencegah terjadinya penyakit misalnya, menghilangkan tempat berkembang biaknya kuman penyakit, mengurangi dan mencegah polusi udara, menghilangkan tempat berkembang biaknya vektor penya\kit misalnya genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes atau terhadap agent penyakit seperti misalnya dengan memberikan antibiotic untuk membunuh kuman.
Adapun usaha pencegahan khusus (specific protection) merupakan usaha yang ter-utama ditujukan kepada pejamu dan atau pada penyebab untuk meningkatkan daya tahan maupun untuk mengurangi risiko terhadap penyakit tertentu. Contohnya yaitu imunisasi atau proteksi bahan industry berbahaya dan bising, melakukan kegiatan kumur-kumur dengan larutan Flour untuk mencegah terjadinya karies pada gigi. Sedangkan terhadap kuman penyakit misalnya mencuci tangan dengan larutan antiseptic sebelum operasi untuk mencegah infeksi, mencuci tangan dengan sabun sebelum makan untuk mencegah penyakit diare.  
Terdapat dua macam strategi pokok dalam usaha pencegahan primer, yakni : (1) strategi dengan sasaran populasi secara keseluruhan dan (2) strategi dengan sasaran hanya terbatas pada kelompok risiko tinggi. Strategi pertama memiliki sasaran lebih luas sehingga lebih bersifat radikal, memiliki potensi yang besar pada populasi dan sangat sesuai untuk sasaran perilaku. Sedangkan pada strategi kedua, sangat mudah diterapkan secara individual, motivasi subjek dan pelaksana cukup tinggi serta rasio antara manfaat dan tingkat risiko cukup baik.
Pencegahan pertama dilakukan pada masa sebelum sakit yang dapat berupa :
a)      Penyuluhan kesehatan yang intensif.
b)      Perbaikan gizi dan \penyusunan pola menu gizi yang adekuat.
c)      Pembinaan dan pengawasan terhadap pertumbuhan balita khususnya anak-anak, dan remaja pada umumnya.
d)     Perbaikan perumahan sehat.
e)      Kesempatan memperoleh hiburan yang sehat untuk memungkinkan pengembangan kesehatan mental maupu sosial.
f)       Nasihat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab.
g)      Pengendalian terhadap faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi timbulnya suatu penyakit.
h)      Perlindungan terhadap bahaya dan kecelakaan kerja.
Pencegahan primer merupakan upaya terbaik karena dilakukan sebelum kita jatuh sakit dan ini adalah sesuai dengan “konsep sehat” yang kini dianut dalam kesehatan masyarakat modern.\
Contoh : penggunaan kondom untuk mencegah infeksi HIV, pengurangan kadar paparan hingga ke dalam kadar yang tidak dapat menyebabkan sakit untuk industri-industri,dll.
Upaya pencegahan primer terdiri dari :
    1. Peningkatan derajat kesehatan (health promotion) yaitu meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan masyarakat secara optimal, mengurangi peranan penyebab serta derajat risiko, juga meningkatkan secara optimal lingkungan yang sehat.
Yang termasuk dalam health promotion adalah health education, perhatian terhadap faktor genetik atau lingkungan yang mungkin mempengaruhi penyakit, perhatian terhadap perkembangaan fisik dan mental yang baik, dan periodic selective examinations.
Contoh :
    • Penyediaan makanan sehat dan cukup (kualitas maupun kuantitas)
    • Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, misalnya penyediaan air bersih, pemb\uangan sampah, pembuangan tinja dan limbah
    • Pendidikan kesehatan kepada masyarakat, misalnya pendidikan seks usia dini pada anak sekolah
    • Olahraga secara teratur sesuai kemampuan individu
    1. khusus (spesific protection) yaitu pencegahan khusus untuk meningkatkan daya tahan maupun untuk mengurangi risiko terhadap penyakit tertentu (Rivai, 2005)
Tindakan ini dimaksudkan untuk mencegah penyakit, menghentikan proses interaksi bibit penyakit-pejamu-lingkungan dalam tahap prepatoenesis, tetapi sudah terarah pada Perlindungan penyakit tertentu. Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat tetapi memiliki risiko terkena penyakit tertentu. Contoh perlindungan khusus:\
    • Memberikan immunisasi pada kelompok rentan untuk mencegah penyakit dengan adanya kegiatan Pekan Imunisasi Nasional (PIN )
    • Isolasi penderita penyakit menular, misalnya penderita flu burung, Ebola
    • Perhatian terhadap personal hygiene dan safety
    • Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat umum maupun tempat kerja dengan menggunakan alat perlindungan diri
    • Pemakaian nutrien spesifik misalnya vitamin D untuk mencegah riketsia
    • Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-bahan racun maupun alergi

3.      Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
            Sasaran utama pada mereka yang baru terkena penyakit atau yang terancam akan menderita penyakit tertentu melalui diagnosis dini untuk menemukan status patogeniknya serta pemberian pengobatan yang cepat dan tepat. Tujuan utama pencegahan tingkat kedua ini, antara lain untuk mencegah meluasnya penyakit menular dan untuk menghentikan proses penyakit lebih lanjut, mencegah komplikasi hingga pembatasan cacat. Usaha pencegahan penyakit tingkat kedua secara garis besarnya dapat dibagi dalam diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and promt treatment) serta pembatasan cacat.
            Tujuan utama dari diagnosa dini ialah mencegah penyebaran penyakit bila penyakit ini merupakan penyakit menular, dan tujuan utama dari pengobatan segera adalah untuk mengobati dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi dan cacat. Cacat yang terjadi diatasi terutama untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga mengakibatkan terjadinya kecacatan yang lebih baik lagi.  
Salah satu kegiatan pencegahan tingkat kedua adalah menemukan penderita secara aktif pada tahap dini. Kegiatan ini meliputi : (1) pemeriksaan berkala pada kelompok populasi tertentu seperti pegawai negeri, buruh/ pekerja perusahaan tertentu, murid sekolah dan mahasiswa serta kelompok tentara, termasuk pemeriksaan kesehatan bagi calon mahasiswa, calon pegawai, calon tentara serta bagi mereka yang membutuhkan surat keterangan keseh\atan untuk kepentingan tertentu ; (2) penyaringan (screening) yakni pencarian penderita secara dini untuk penyakit yang secara klinis belum tampak gejala pada penduduk secara umum atau pada kelompok risiko tinggi ; (3) surveilans epidemiologi yakni melakukan pencatatan dan pelaporan sacara teratur dan terus-menerus untuk mendapatkan keterangan tentang proses penyakit yang ada dalam masyarakat, termasuk keterangan tentang kelompok risiko tinggi.
Selain itu, pemberian pengobatan dini pada mereka yang dijumpai menderita atau pemberian kemoprofilaksis bagi mereka yang sedang dalam proses patogenesis termasuk mereka dari kelompok risiko tinggi penyakit menular tertentu.

Contoh : kegiatan penyaringan (screening) untuk kanker leher rahim, pengukuran tekanan darah dan pengobatan tekanan darah tinggi pada usia pertengahan dan usia lanjut, dll.
Upaya pencegahan sekunder terdiri dari :
    1. Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment), tujuan utama tindakan ini adalah
    • Mencegah penyebaran penyakit bila penyakit ini merupakan penyakit menular,
    • Untuk mengob\ati dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi dan cacat.
    1. Pembatasan cacat (dissability limitasion) pada tahap ini cacat yang terjadi diatasi, terutama untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga mengakibatkan terjadinya cacat yang lebih buruk lagi (Rivai, 2005)
                                                                 
4.Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)
Pencegahan pada tingkat ketiga ini merupakan pencegahan dengan sasaran utamanya adalah penderita penyakit tertentu, dalam usaha mencegah bertambah beratnya penyakit atau mencegah terjadinya cacat serta program rehabilitasi. Tujuan utamanya adalah mencegah proses penyakit lebih lanjut, seperti pengobatan dan perawatan khusus penderita kencing manis, tekanan darah tinggi, gangguan saraf dan lain-lain serta mencegah terjadinya cacat maupun kematian karena penyebab tertentu, serta usaha rehabilitasi.
Rehabilitasi merupakan usaha pengembalian fungsi fisik, psikologis dan sosial seoptimal mungkin yang meliputi rehabilitasi fisik/medis (seperti pemasangan protese), rehabilitasi mental (psychorehabilitation) dan rehabilitasi sosial, sehingga setiap individu dapat menjadi anggota masyarakat yang produktif dan berdaya guna.
Contoh : rehabilitasi pada penderita-penderita poliomielitis, stroke dll. Pencegahan tersier terdiri dari : pembatasan kecacatan dan rehabilitasi.
Upaya pencegahan tersier terdiri dari:
    1. Pembatasan ketidakmampuan (Dissability Limitation) merupakan tindakan preventif agar akibat dan komplikasi dari penyakit bisa diminimalkan
    • Penyempurnaan dan intensifikasi pengobatan lanjut agar terarah dan tidak menimbulkan komplikasi
    • Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan
    • Perbaikan fasilitas kesehatan bagi pengunjung untuk dimungkinkan \pengobatan dan perawatan yang lebih intensif
    1. Rehabilitasi merupakan tindakan untuk mengembalikan pasien ke masyarakat agar mereka dapat hidup dan bekerja secara wajar atau agar tidak menjadi beban orang lain
    • Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan memberi dukungan moral, setidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan
    • Penyuluhan dan usaha – usaha kelanjutannya harus tetap dilakukan seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit

BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan akan sesuai dengan perkembangan patologis penyakit itu dari waktu ke waktu, sehingga upaya pencegahan itu di bagi atas berbagai tingkat sesuai dengan perjalanan penyakit.
Dalam epidemiologi dikenal ada empat tingkat utama pencegahan penyakit, yaitu :
§  Pencegahan tingkat awal (Priemodial Prevention)
§  Pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention)
§  Pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention)
§  Pencegahan tingkat ketiga (Tertiary Prevention)
penanggulangan penyakit menular (control) adalah upaya untuk menekan peristiwa penyakit menular dalam masyarakat serendah mungkin sehingga tidak merupakan gangguan kesehatan bagi masyarakat tersebut. Penanggulangan penyakit menular dapat pula dikelompokan pada tiga kelompok sesuai dengan sasaran utamanya yang meliputi: sasaran langsung mela\wan sumber penularan atau reservoir, sasaran ditunjukan pada cara penularan penyakit, dan sasaran yang ditunjukan terhadap pejamu dengan menurunkan kepekaan p\ejamu.

3.2     Saran
Untuk  mencegah penyakit, diharapkan kepada setiap orang untuk meningkatkan kualitas kesehatan dalam hidupny\a, sehingga kita bisa mencegah tanda-tanda timbulnya penyakit pada diri kita.



DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC
Budiarto, Eko. 2001. Pengantar Epidemiologi Edisi 2 hal 26-27. Jakarta : EGC
Rajab, Wahyudin,. 2008. BUKU AJAR EPIDEMIOLOGI UNTUK MAHASISWA KEBIDANAN. Jakarta: EGC
Rivai. 2005. “Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan”.  Diakses dalam 
The Assosiation Of Faculty Of Medicine Of Canada. Basic Concepts in Prevention, Surveillance, and Health Promotion diakses onlinehttp://phprimer.afmc.ca/Part1-TheoryThinkingAboutHealth/Chapter4BasicConceptsInPreventionSurveillanceAndHealthPromotion/Thestagesofpreventio
 \\\

Minggu, 12 November 2017

STRATEGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

STRATEGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
NAMA: SAHYUNI SARI MARBUN
NIM    :  1601031036



BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam praktik kebidanan, pemberian asuhan kebidanan yang berkualitas sangat dibutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan dengan cara bidan membina hubungan, baik sesama rekan sejawat ataupun dengan klien serta keluarganya.
Upaya meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan juga ditentukan oleh keterampilan bidan untuk berkomunikasi secara efektif dan melakukan konseling yang baik kepada klien. Karena melalui komunikasi yang efektif serta konseling yang berhasil, kelangsungan dan kesinambungan penggunaan jasa pelayanan bidan untuk kesehatan wanita selama siklus kehidupan akan tercapai.
Konseling kebidanan adalah suatu proses pembelajaran, pembinaan hubungan baik, pemberian bantuan, dan bentuk kerja sama yang dilakukan secara professional (sesuai dengan bidangnya) oleh bidan kepada klien untuk memecahkan masalah, mengatasi hambatan perkembangan, dan memenuhi kebutuhan klien.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah kami ini yaitu :
1.      Pengertian Strategi Pengambilan Keputusan.
2.      Dasar-dasar pengambilan keputusan.
3.      Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan.
4.      Proses pengambilan keputusan
5.      Jenis-jenis pengambilan kepuusan keputusan.
6.      Metode pengambilan keputusan
7.      Gaya pengambilan Keputusan.


1.3. Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah kami ini adalah:
1.      Untuk Mengetahui Pengertian Strategi Pengambilan Keputusan.
2.      Untuk Mengetahui Dasar-Dasar Pengambilan Keputusan.
3.      Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengambilan Keputusan.
4.      Untuk Mengetahui Proses Pengambilan Keputusan
5.      Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Pengambilan Kepuusan Keputusan.
6.      Untuk Mengetahui Metode Pengambilan Keputusan
7.      Untuk Mengetahui Gaya Pengambilan Keputusan.

1.4. Manfaat penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah kami ini adalah:
1.      Dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai strategi pengambila kepuusan.
Dapat digunakan sebagai refrensi dalam pengambilan keputusan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian pengambilan keputusan
Keputusan merupakan hasil pemecahan dari suatu masalah yang harus dihadapi dengan tegas. Dalam kamus besar ilmu pengetahuan pengambilan keputusan (Decison Making) didefenisikan sebagai pemilihan keputusan atau kebijakan yang didasarkan atas kriteria tertentu. Proses ini meliputi dua alternatif atau lebih karena seandainya hanya terdapat satu altrnatif tidak akan ada satu keputusan yang akan diambil. Menurut J.Reason, pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suau hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pimilihan suatu jalur tindakan diantara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan final.
G.R. Terry mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkn. Sedangkam Claude S. George, Jr mengatakan proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegitan pemikran yang temasuk pertimbangan, penilain dan pemilihan diantara sejumlah alternatif.
Ahli lain yaitu Horold dan Cyril O’Donnell mengatakan pengambilan keputsan adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak da keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat dan P. Siagin mendefinisikan pengambilan keputusan adalah suat pendekatan sistematis terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas alternatif dan tindakan.

Pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk perbuatan berpikir dan hasil dari suatu perbuatan itu disebut keputusan. Pengambilan keputuan dalam Psikologi kognitif difokuskan kepada bagaimana seseorang mengambil keputusan. Dalam kajiannya, berbeda dengan pemecahan masalah yang mana ditandai dengan situasi dimana sebuah tujuan ditetapkan dengan jelas dan dimana pencapaian sebuah sasaran diuraikan menjadi sub tujuan, yang pada saatnya membantu menjelaskan tindakan yang harus dan kapan diambil. pengambilan keputusan juga berbeda dengan penalaran, yang mana ditandai dengan sebuah proses oleh perpindaha seseorang dari apa yang telah mereka ketahui terhadap pengetahuan lebih lanjut.
2.2  Dasar-dasar Pengambilan Keputusan
       Menurut George R.Terry dan Brinckloe disebutkan dasar-dasar pendekatan dari pengambilan keputusan yang dapat digunakan yaitu :
2.2.1        Intuisi
Pengambilan keputusan yang didasarkan atas intuisi atau perasaan memiliki sifat subjektif sehingga mudah terkena pengaruh.Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi ini mengndung beberapa keuntungan dan kelemahan.
Keuntungan
a. waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif lebih pendek
b. untuk masalah yang pengaruhnya terbatas, pengambilan keputusanini akan mmberikan kepuasan pada umumnya
c. kemmpuan mengambil keputusan dari pengambil keputusan itu sangat berpera, dan itu perlu dimanfaatkan dengan baik.


Kelemahan
a. Keputusan yang dihasilkan relatif  kurang baik.
b. Sulit mencari alat pembandingnya, sehingga sulit diukur kebenaran dan kebsahannya.
c. Dasar-dasar lain dalam pengambilan keputusan seringali diabaikan.
2.2.2 Pengalaman
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis, karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat diperhitungkan untung ruginya terhadap keputusan yang akan dihasilkan. Orang yang memiliki banyak pengalaman tentu akan lebih matang dalam membuat keputusan akan tetapi, peristiwa yang lampau tidak sama dengan peristiwa yang terjadi kini.
2.2.3 Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan-keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang dada.
2.2.4 Wewenang
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan
a.       Kebanyakan penerimaannya adalah bawahan, terlepas apakah penerimaan   
tersebut secara sukarela ataukah secara terpaksa.
b.      Keputusannya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama
c.       Memiliki daya autentisitas yang tinggi
Kelemahan
a. Dapat menimbulkan sifat rutinitas
b. Mengasosiasikan dengan praktik diktatorial
c. Sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan sehingga   dapat menimbulkan kekaburan
2.2.5 Logika
            Pengambilan keputusan yang berdasarkan logika ialah suatu studi yang rasional terhadap semuan unsur pada setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan. Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasional, keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan. Pada pengambilan keputusan secara logika terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. kejelasan masalah
b. orientasi tujuan : kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai
c.pengetahuan alternatif : seluruh alternatif diketahui jenisnya dan konsekuensinya
d. preferensi yang jelas : alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria
e. hasil maksimal : pemilihan alternatif terbaik didasarkan atas hasil ekonomis yang maksimal

2.3      Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengambilan Keputusan
            Menurut Terry (1989) faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengambil keputusan sebagai berikut: 
1.      hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional maupun rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan;
2.      setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi;
3.      setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi, perhatikan kepentingan orang lain;
4.      arang sekali ada 1 pilihan yang memuaskan;
5.      pengambilan keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan mental ini kemudian harus diubah menjadi tindakan fisik;
6.      pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang  cukup lama;
7.      diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang baik;
8.      setiap keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui apakah keputusan yang diambil itu betul; dan
9.      setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan berikutnya.

Adapun dalam referensi lain pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor personal.
1.      Kognisi, artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang di miliki. Misalnya ; Kemampuan menalar, memiliki kemampuan berfikir secara logis, dll.
2.      Motif, suatu keadaan tekanan dalam diri individu yang mempengaruhi, memelihara dan mengarahkan prilaku menuju suatu sasaran.
3.      Sikap, Bagaimana keberanian kita dalam mengambil risiko kepututusan, pemilihan suasana emosi dan waktu yang tepat, mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin terjadi.

2.4      Proses pengambilan keputusan
Menurut  Sir Francis Bacon. Proses pengambilan keputusan terdiri dari enam tahap, yaitu :
1.      Merumuskan/mendefinisikan masalah
Suatu usaha untuk mencari permasalahn yang sebenarnya.
2.      Pengumpulan informasi relevan
Pencarian faktor-faktor yang mungkin terjadi sehingga dapat diketahui penyebab timbulnya masalah.
3.      Mencari alternatif tindakan
Pencarian kemungkinan yang dapat tempuh berdasarkan data dan permasalahan yang ada.
4.      Analisis alternative
Penganalisisan setiap alternatif menurut kriteria tertentu yang sifatnya kualitatif atau kuantitatif.
5.       Memilih alternatif terbaik
Pemilihan alternatif terbaik dilakuakan atas kriteria tertentu dan skala prioritas tertentu.
6.      Melaksanakan putusan dan evaluasi hasil

Jadi, proses pengambilan tersruktur atas identifikasi masalah, pengumpulan dan penganalisis data, pembuatan alternatif-alternatif kebijakan, pemilihan salah satu alternatif yang terbaik, pelaksanaan keputusan, pemantauan dan pengevaluasian hasil pelaksanaan.
Menurut Munandar A.S, proses pengambilan keputusan dimulai berdasarkan adanya masalah antara keadaan yang diinginkan dan keadaan yang ada.  Keadaan yang ada biasanya dipengaruhi oleh:
1.      Kebudayaan
2.      Kelompok acuan, perubahan dalam kelompok dapat merubah hal yang diinginkan.
3.      Ciri-ciri keluarga
4.      Status atau harapan financial.
5.      Keputusan-keputusan sebelumnya dapat mempengaruhi masalah.
6.      Perkembangan individu dapat mempengaruhi keadaan yang diinginkan, kematangan seseorang mempengaruhi pilihannya.
7.      Situasi perorangan yang sedang berlangsung saat ini.
2.5      Jenis pengambilan keputusan
1.      Pengambilan keputusan terprogram
Jenis pengambilan keputusan ini mengandung suatu respon otomatik terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Masalah yang bersifat pengulangan dan rutin dapat diselesaikan dengan pengambilan keputusan jenis ini.
Tantangan yang besar bagi seorang analisis adalah mengetahui jenis-jenis pengambilan keputusan ini dan memberi atau menyediakan metode- metode untuk melaksanakan pengambilan keputusan terprogram dimana saja. Agar pengambilan keputusan didefenisikan dan dinyatakan  dengan jelas.
Bila hal ini dilaksanakan, pekerjaan selanjutnya anyalah mengembangkan suatu algoritma untu membuat keputusan rutin dan otomatik. Dalam kebanyakan organisasi tedapat kesempatan- kesempatan untuk melaksanakan penggambilan keputusan terprogram karena banyak keputusan diambil sesuai dengan prosedur pelaksanaa standar yang sifatnya rutin. Akibat pelaksanaan pengambilan keputusan terprogram ini adalah membebaskan majanemen untuk tugas-tugas yang lebih penting. Misalkan: keputusan merujuk pasien kerumah sakit besar dikota, keputusan dalam pengamputasian kaki klien dan lain-lain.
2.      Pengambilan keputusan tidak terprogram
Menunjukkan proses yang berhubungan dengan masalah yang tidak jelas. Dengan kata lain, pengambilan keputusan jenis ini meliputi proses pengambilan keputusan  untuk menjawab masalah-masalah yang kurang didefenisikan. Masalah-masalah ini umunya bersifat kompleks, hanya sedikit parameter-parameter yang diketahui dan kebanyakan parameter yang diketahui bersifat probabilistik. Untuk menjawab masalah ini, dierlukan seluruh bakat dan keahlian dari pengambilan keputusan, ditambah dengan bantuan sistem informasi. Hal ini dimaksud untuk mendapatkan keputusan tdak terrogram dengan baik. Perluasan fasilitas-fasilitas pabrik, penambangan produk baru pengolahan dan pengiklanan kebijaksanaan-kebijaksanaan, manajemen kepegawaian, dan perpaduan semuanya adalah contoh masalah-masalah yang memerlukan keputusan- keputusan yang tidak teprogram. Sangat banyak waktu yang dikorbankan oleh pegawai-pegawai tinggi pemerintahan, pemimpin-pemimpin perusahaan, adminisator sekolah dan manajer organisasi lainnya dalam menawab dan mengatasi konflik. Ukuran keberhasilan mereka dapat dihubungan secara langsung. Misalkan: pengalaman manajer merupakan hal yang sangat penting didalam pengambilan keputusan yang tidak terprogram. Keputusan untuk bergabng dengan perusahaan lain adalah keputusan tidak terstruktur yang jarang terjadi.
2.6  Gaya pengambilan Keputusan
Ada tujuh variabel yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan yaitu:
1.      Pentingnya kualitas keputusan untuk keberhasilan institusi
2.      Derajat informasi yang dimiliki oleh bidan.
3.      Derajat pada masalah yang terstruktur dalam organisasi.
4.      Pentingnya komitmen bawahan dan keterampilan membuat keputusan
5.      Kemungkinan keputusan autokratik dapat diterima
6.      Komitmen bawahan yang kuat terhadap tujuan institusi



BAB III
KESIMPULAN
A.    Kesimpulan
Masalah pengambilan keputusan sangat penting dipelajari karena hal tersebut menjelaskan dengan cara bagaimana para manajer berhasil membuat keputusan strategis dan operasional.  Manajer harus menghadapi beberapa tipe keputusan dan keputusan ini berbeda sesuai dengan jumlah risiko, ketidakpastian, dan ambiguitas dalam suatu lingkungan. Manajer harus memilih salah satu tiga macam pendekatan pengambilan keputusan.
Dari penjelasan yang telah kami paparkan dalam makalah ini dapat kami simpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu tindakan yang sengaja, tidak secara kebetulan dan tidak boleh sembarangan dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi suatu organisasi. Dimana pengambilan keputusan ini ditanggung dan diputuskan oleh pimpinan organisasi yang bersangkutan dan untuk menghasilkan keputusan yang baik itu sangat dibutuhkan informasi yang lengkap mengenai permasalahan, inti masalah, penyelesaian masalah, dan konsekuensi dari keputusan yang diambil.
Selain informasi, dalam penyelesaian masalah pun dibutuhkan perumusan masalah dengan baik. Kemudian dibuatkan alternatif-alternatif keputusan masalah yang disertai dengan konsekuensi positif dan negatif. Jika semua hal itu dapat dikemukakan dan dicari secara tepat, masalah tersebut akan lebih mudah untuk diselesaikan.

B.     Saran
Dalam mengambil keputusan dalam manajemen, kita perlu mempelajari beberapa aspek yang sudah kami susun dalam makalah ini, kita semua pasti tidak menginginkan keputusan yang kita ambil adalah keputusan yang bisa membuat kita menyesal di kemudia hari. Untuk itu dalam makalah ini sangat perlu dan di butuhkan oleh semua orang khususnya mahasiswa yang masih memerlukan ilmu dan pengetahuan dalam mengambil keputusan untuk menentukan kehidupan di masa yang akan datang agar menjadi manusia yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA